Komunikasi: Jalan Memperluas Rahmat Allah

 Komunikasi: Jalan Memperluas Rahmat Allah

ilustrasi orang berkomunikasi

Oleh: Supriyanto, S.T., M.Sc., M.Eng., Ph.D.
Dosen Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta

nidaulquran.id-Rahmat Allah adalah semua kebaikan yang berasal dari-Nya: kasih sayang, petunjuk, ampunan, dan perlindungan, baik di dunia maupun akhirat. Salah satu cara paling nyata memperluas rahmat itu adalah melalui komunikasi. Ya, berkomunikasi bukan sekadar berbicara atau menulis, tapi seni menyampaikan dan menerima kebaikan.

Bagi generasi muda, komunikasi bukan hanya skill modern, tapi juga ibadah. Lewat kata-kata, kita bisa menginspirasi, membantu, bahkan menyembuhkan luka hati seseorang—dan itu semua bisa bernilai pahala jika diniatkan karena Allah.

Komunikasi: Lebih dari Sekadar Bicara

Secara ilmiah, komunikasi adalah proses dua arah untuk menyampaikan gagasan, perasaan, atau informasi. Berbicara atau menulis hanya satu sisi. Menerima, memahami, dan merespons adalah sisi lainnya.

Untuk mulai terampil menyampaikan ide, kamu bisa latihan sederhana: ambil satu kata secara acak, lalu jelaskan selama tiga menit secara lisan, atau tulis menjadi 500 kata. Kaitkan kata itu dengan apa yang kamu pikirkan, rasakan, atau alami. Tambahkan cerita pribadi (storytelling) agar pesan lebih menyentuh.

Menjadi penerima informasi juga perlu keterampilan berpikir kritis. Saat menerima info, tanyakan tiga hal:

  1. Apa yang sedang terjadi?
  2. Apakah ada bukti?
  3. Apakah masuk akal?

Al-Qur’an mengajarkan agar kita tabayyun—memverifikasi informasi sebelum percaya (lihat QS. Al-Hujurat: 6). Artinya, komunikasi dalam Islam adalah proses yang cerdas dan bertanggung jawab.

“Wahai orang-orang yang beriman, jika seorang fasik datang kepadamu membawa berita penting, maka telitilah kebenarannya agar kamu tidak mencelakakan suatu kaum karena ketidaktahuan(-mu) yang berakibat kamu menyesali perbuatanmu itu.” (QS. Al-Hujarat: 6)

Tiga Prinsip Komunikasi Islami

Rasulullah saw adalah contoh teladan dalam berkomunikasi: jujur, lembut, dan membawa maslahat. Kita pun bisa meneladani tiga prinsip komunikasi Islami berikut:

1. Komunikasi yang Memberi Manfaat

Dalam psikologi positif, berbagi kebaikan—meski hanya kata penyemangat—bisa meningkatkan hormon dopamin dan oksitosin. Hasilnya? Stres berkurang, bahagia meningkat, bahkan imun tubuh bisa lebih kuat (Martela dan Ryan, 2016). Islam sejalan dengan hal ini. Jadi, setiap kali kamu mengirim pesan positif, menyemangati teman, atau menulis hal baik di media sosial—itu semua bagian dari ibadah.

2. Komunikasi yang Jujur

Kejujuran adalah fondasi komunikasi. Baik saat berdiskusi atau menulis, jujur berarti menyampaikan kebenaran dan mengakui sumber informasi. Dalam dunia akademik dan dakwah digital, menuliskan referensi atau menyebut sumber ide adalah bentuk integritas. Jujur membangun kepercayaan dan menciptakan lingkungan komunikasi yang sehat—di rumah, sekolah, organisasi, maupun masyarakat (Kaasa dan Parts, 2013).

3. Komunikasi yang Kontributif

Gunakan kata-kata untuk mengambil peran. Meski kecil, kontribusi melalui tulisan, komentar, atau diskusi bisa membawa dampak besar (Barbieri, 2012). Kontribusi tidak harus sempurna, tapi harus tulus. Generasi muda yang berani bersuara untuk kebaikan akan menjadi agen perubahan—baik di dunia nyata maupun digital.

Komunikasi Itu Latihan

Kamu tidak harus langsung fasih atau jadi penulis hebat. Tapi kamu bisa belajar. Dengarkan ceramah, baca buku, ikuti kelas menulis, atau diskusi bersama teman. Practice makes progress. Nabi Saw bersabda:

“Amalan yang paling dicintai oleh Allah adalah yang paling konsisten, meskipun sedikit.” (HR. Bukhari)

Kualitas komunikasi akan meningkat jika kamu tekun dan mau belajar dari ahlinya. Allah tidak melihat seberapa sempurna kata-katamu, tapi seberapa tulus niat dan usaha kamu.

Penutup: Komunikasi yang Diberkahi

Waktu kita terbatas. Suara kita terbatas. Tapi dampak dari kata-kata yang baik bisa melampaui jarak dan zaman. Gunakan komunikasi sebagai jalan memperluas rahmat Allah. Bicaralah yang baik. Tulis yang baik. Dengarkan dengan baik. Maka kebaikan pun akan datang kembali kepadamu. Semoga Allah membimbing kita semua menjadi generasi muda yang cerdas berkomunikasi dan mulia dalam bersikap.

Aamiin ya Rabbal ‘alamiin.

Referensi:

Barbieri, S. (2012). Communication and early contributions. Journal of Public Economic Theory, 14(3), 391-421. https://doi.org/10.1111/j.1467-9779.2012.01551.x

Kaasa, A., & Parts, E. (2013). Honesty and trust: Integrating the values of individuals, organizations, and the society. In (Dis) Honesty in Management (pp. 37-58). Emerald Group Publishing Limited. https://doi.org/10.1108/S1877-6361(2013)0000010007

Martela, F. and Ryan, R.M. (2016), The Benefits of Benevolence: Basic Psychological Needs, Beneficence, and the Enhancement of Well-Being. J Pers, 84: 750-764. https://doi.org/10.1111/jopy.12215

Redaksi

Redaksi

Klik
Konsultasi Syari'ah
Assalamualaikum, ingin konsultasi syariah di sini? Klik bawah ini