Refleksi Kemerdekaan: Bebas Memilih, Tapi Dipandu Wahyu.

 Refleksi Kemerdekaan: Bebas Memilih, Tapi Dipandu Wahyu.

nidaulquran.id-Dirgahayu negeriku tercinta Indonesia. Peringatan HUT ke 80 Indonesia selalu menjadi momen untuk mengingat kembali sejarah. Sejarah NKRI. Setiap orang merdeka untuk memaknai arti sebuah kemerdekaan. Dalam level sebuah negara; maknanya adalah bebas dari penjajahan.

Atas ijin Allah Indonesia merdeka pada tanggal 17 Agustus 1945. Alhamdulillahilladzii bini’matihi tatimmushsholihat.

Ya, merdeka bisa berarti bebas memilih. Dalam konteks kemerdekaan, kata “merdeka” seringkali diartikan sebagai kebebasan untuk membuat pilihan dan menentukan nasib sendiri tanpa campur tangan atau tekanan dari pihak lain.

Dalam bahasa Indonesia, kata “merdeka” memiliki makna yang luas, termasuk kebebasan untuk berpikir, berbicara, dan bertindak sesuai dengan keinginan dan keyakinan sendiri. Dalam konteks ini, merdeka memang bisa berarti bebas memilih dan menentukan arah hidup sendiri.

Namun, perlu diingat bahwa kemerdekaan tidak selalu berarti tidak ada batasan atau konsekuensi. Dalam masyarakat yang teratur, kemerdekaan individu seringkali dibatasi oleh hukum dan norma sosial untuk menjaga keseimbangan dan keharmonisan.

Tafakkur dalam kehidupan; Jika ia seorang laki laki sudah siap menikah, maka ia merdeka memilih siapa wanita yang akan dijadikan istrinya. Pun sebaliknya, seorang wanita merdeka memilih siapa yang akan menjadi imam/qowwamnya. Kembali kepada mindset/ cara pandang ia memilih.

Setelah menikah, ia merdeka untuk membawa bahtera keluarganya berlabuh. Tapi kembali sejauhmana suami istri memiliki cara pandang dalam menjalani pernikahan. Jika worldview-nya adalah syariat Allah, maka Al Qur’an dan Sunnah menjadi panduan dalam membawa bahteranya.

Jika aturan Allah dan RasulNya dijadikan panduan; maka surat At Tahrim ayat 6 menjadi visi rumah tangganya. Memastikan dirinya menjadi teladan untuk anak dan istrinya agar dijaga Allah dari siksa api neraka.

Rasulullah menjadi teladan dalam berkeluarga; maka sabda baginda Nabi menjadi pijakan dalam setiap langkah:

خيركم خيركم لأهله وأنا خيركم لأهل

“Sebaik baik kalian adalah yang paling baik kepada keluarganya dan akulah yang paling baik kepada keluargaku.”

Ketika dikaruniai anak, kembali kepada ayah dan ibunya ke arah mana anak anaknya dididik. Bebas memilih mau dibentuk seperti apa. Kembali kepada keilmuan dari ayah dan ibunya.

Jika anak sudah mulai mau masuk sekolah. Orang tuanya merdeka untuk memilihkan sekolah terbaik versi orang tua. Karena setiap lembaga pendidikan memiliki kelebihan dan kekurangan. Memiliki kekhasannya masing masing.

Ketika anak anak sudah menyelesaikan jenjang dasar, anak, ayah dan ibunya merdeka untuk memilih lembaga pendidikan yang mana akan dijadikan mitra dalam mendidik anaknya.

Setelah jenjang menengah telah selesai, pemuda itu merdeka menentukan pilihan; apakah ia akan segera merealisasikan Sunnah Rasulullah shalallahu alaihi wassalam untuk menikah atau melanjutkan studinya. Pemuda itu merdeka memilih kampus mana yang akan dipilih untuk merealisasikan apa yang menjadi target/cita citanya.

Setelah selesai studi di jenjang S1, ia merdeka untuk melanjutkan studi S2 atau harus segera mengakhiri masa lajangnya. Melamar menjadi ASN atau pegawai swasta atau menjadi wirausaha mandiri.

Bagi yang studi lanjut S3, ia pun merdeka menentukan pilihan apakah menjadi dosen, peneliti, atau menekuni usaha yang lain.

Teringat, satu pesan guru besar filsafat kami, Prof. Dr. Yusuf Rohmadi pernah menyampaikan kurang lebihnya: “Silakan bebas berpikir bebas, kritis dan mendalam akan tetapi jika otak kita sudah tidak mampu menjangkaunya, maka berhentilah, kembali kepada Allah Subhanahu Wata’ala”. Artinya semeleh o.

Sehebat otak kita, secerdas akal kita, kita itu hanya sekedar makhluk bukan Khaliq. Secanggih canggihnya cara berpikir kita, kita itu hanya sekedar satu dari sekian trilunan makhluk yang diciptakan Allah.

Sesungguhnya, Allah telah memberikan penawaran kepada hambaNya. Merdeka/kebebasan dalam memilih agama sebagaimana firman Allah dalam surat Al Baqarah ayat 256:

لَآ إِكۡرَاهَ فِي ٱلدِّينِۖ قَد تَّبَيَّنَ ٱلرُّشۡدُ مِنَ ٱلۡغَيِّۚ فَمَن يَكۡفُرۡ بِٱلطَّٰغُوتِ وَيُؤۡمِنۢ بِٱللَّهِ فَقَدِ ٱسۡتَمۡسَكَ بِٱلۡعُرۡوَةِ ٱلۡوُثۡقَىٰ لَا ٱنفِصَامَ لَهَاۗ وَٱللَّهُ سَمِيعٌ عَلِيمٌ

Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam); sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat. Karena itu, barang siapa yang ingkar kepada ṭāgūt dan beriman kepada Allah, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang amat kuat yang tidak akan putus. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.”

Kemerdekaan dalam memilih jalan taqwa atau jalan kefasikan sebagaimana dalam firman Allah dalam surat Asy Syams ayat 8:

فَأَلۡهَمَهَا فُجُورَهَا وَتَقۡوَىٰهَا

“Maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya”,

Tadabburnya bahwa sesungguhnya Allah memberikan kemerdekaan makhlukNya mau jadi seperti apa? Apakah ia memilih jalan takwa atau kefasikan. Memilih jalan kebaikan atau keburukan. Merdeka untuk menjadi golongan kanan atau golongan kiri. Merdeka mau menjadi golongan seburuk buruk makhluk atau memilih sebaik baik makhluk.

Akhirnya bisa kita pahami bahwa semua manusia berhak menentukan pilihan hidupnya. Be your self. Be the best version of you atau kalimat kalimat yang lain. Tapi yang perlu diingat, hakekatnya kita diciptakan Allah sang Khalik adalah hanya untuk beribadah kepadaNya.

وَمَا خَلَقۡتُ ٱلۡجِنَّ وَٱلۡإِنسَ إِلَّا لِيَعۡبُدُونِ

“Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku.” ( QS. Adz Dzariyat: 56).

Kembali kepada setiap insan itu, apakah ia memahami dirinya hakekat dirinya sendiri atau tidak. Siapa yang telah menciptakannya. Untuk apa ia diciptakan dan kemana ia akan kembali.

Ternyata Allah yang menghidupkan kita dengan semua perangkat rumit yang ada dalam tubuh kita. Ternyata, kita hidup di bumi Allah. Ternyata, Allah hamparkan bumi untuk kita. Ternyata, Allah telah sediakan semuanya. Air laut dengan segala isinya, bumi dengan sumber daya alamnya, berjuta juta jenis pohon dan tumbuhan yang bisa dinikmati, berjuta juta hewan yang bisa dimanfaatkan.

Terakhir, ternyata Allah Subhanahu Wata’ala memberikan tadzkiroh(pengingat) kepada kita di dalam surat Al Hasyr ayat 20:

لَا يَسۡتَوِيٓ أَصۡحَٰبُ ٱلنَّارِ وَأَصۡحَٰبُ ٱلۡجَنَّةِۚ أَصۡحَٰبُ ٱلۡجَنَّةِ هُمُ ٱلۡفَآئِزُونَ

“Tidaklah sama penghuni-penghuni neraka dengan penghuni-penghuni surga; penghuni-penghuni surga itulah orang-orang yang beruntung.”

Kesimpulannya, kita merdeka untuk menentukan semua pilihan hidup kita. Tapi Allah punya rambu rambu. Allah punya aturan. Allah punya larangan. Allah punya pedoman hidup yang jika ditaati, sami’naa wa atho’na maka ia akan menjadi hambaNya yang bertaqwa. Bukan sekedar merdeka menuruti hawa nafsu kita. Rasulullah Muhammad Shalallahu alaihi wassalam menjadi teladan dalam semua lini kehidupan.

Ya Rabbii bimbinglah kami
Ya Rabbii mampukan kami
Ya Rabbii pilihkan kami pilihan yang terbaik dalam setiap langkah kehidupan kami.

اللهم ٱتي نفوسنا تقواها وزكها أنت خير من زكاها أنت وليها و مولاها

Kusyaeni, S.Pd.I., M.Pd.

Kusyaeni, S.Pd.I., M.Pd.

Pemerhati Pendidikan Adab i Kepala Kuttab Ibnu Abbas Klaten

Klik
Konsultasi Syari'ah
Assalamualaikum, ingin konsultasi syariah di sini? Klik bawah ini