Komunikasi Kunci Sukses Sampai Surga

 Komunikasi Kunci Sukses Sampai Surga

Source: rawpixel.com

Oleh: Drs. Tukimin AF, MA.

NidaulQuran.id | Keluarga yang sakinah mawaddah wa rahmah adalah impian setiap manusia yang mendambakan kehidupan bahagia sejatera di dunia dan kapanpun mati surga telah menantikannya. Impian tidaklah berlebihan karena kehidupan kita di dalam keluarga menjadi embun penyejuk di kala panasnya aura globalisasi. Pantulan pergaulan dari masyarakat luar keluarga menerpa kita.

Dalam kehidupan keluarga yang sakinah, seseorang akan merasakan ketenteraman dan kebahagiaan hidup. Hubungan yang mesra antara kedua orang tua dan hubungan yang harmonis antara sesama anggota keluarga, akan menjadi penyejuk jiwa yang terkena dampak panasnya arus globalisasi.

Dari ketenangan jiwa dan keharmonisan kehidupan lahir batin ini keluarga akan dapat melahirkan generasi penerus yang dapat dibanggakan keluarga, masyarakat, bahkan bangsa dan negara. Akan tetapi, melihat realita akan derasnya arus globalisasi dan hubungan dengan sesama penghuni planet bumi ini yang sudah kian terbuka sangat lebar. Maka dari itu, untuk mewujudkan keluarga idaman di atas membutuhkan usaha nyata dan kekuatan jiwa. Selain itu keluasan wawasan serta keikhlasan jari jemari kita untuk merangkai dan menata harmoni kehidupan keluarga kita.  

Membaca WhatsApp dari teman, mendengar cerita dari tetangga, melihat kejadian di jalan, di pasar, di kantor serta menengok kehidupan masyarakat sekitar kita. Miris rasa ini dibuatnya. Kesemrawutan dalam kehidupan masyarakat, kemaksiatan, kezaliman serta seabrek sampah kehidupan seolah tertumpah ruah di ruang sebelah. Sampah iu yang siap mengisi di ruang kehidupan kita. Arus komunikasi yang tiada batas, hubungan dengan sekian banyak manusia dengan temperamen yang beraneka rona, kemerosotan moral serta lunturnya nilai-nilai luhur kita. Yakni: rasa gotong royong, rasa peduli dan perasaan dekat seolah mereka semua seperti keluarga sendiri hampir hilang ditelan masa.

Sungguh kondisi yang tak diharapkan ini telah menggurita di depan mata.   Dampak dari kuatknya pengaruh  luar tersebut akan merembet kepada masalah internal rumah tangga. Masalah kesenjangan ekonomi, perbedaan perlakuan, kepengasuhan orang tua yang dirasa kurang. Hal itu disebabkan oleh sibuknya aktivitas, kedekatan dengan sesama anggota keluarga, hubungan dengan tetangga, teman, dan orang yang sering berinteraksi dengan kita yang kadang di luar  dugaan perangainya. Sehingga impian menjadikan keluarga yang harmonis, yang selalu kuat hubungan dengan Allah Swt dan harmoni dalam keluarga memerlukan perjuangan berat dan usaha nyata bagi semua anggota keluarga.

Di sinilah pentingnya komunikasi yang harmoni dari semua anggota keluarga dan perlunya kita mendatangkan pertolongan Allah Swt untuk menguatkan hati menyatukan jiwa dalam kehidupan berumah tangga.  

Mengapa komunikasi yang harmoni? Ya, karena sadar atau tidak sesungguhnya waktu kita, lebih dari 75 %  kita habiskan untuk berkomunikasi. Entah berkomunikasi dengan siapa, untuk kepentingan apa? Di ruang atau waktu yang mana. Realitanya komunikasi telah mendominasi kehidupan kita. Komunikasi yang tiada batas saat ini telah menggeser jauh dari kehidupan yang tertata nan bahagia selama ini.

Bayangkan kehidupan yang aman tenteram, kemudian tiba-tiba hanya dengan membaca WhatsApp di Handphone suami, hati menjadi resah, karena didapati sesuatu yang tidak berkenan. Apabila kondisi ini kemudian dikomunikasikan dengan baik, dijawab dengan tulus, jujur dan memang apa adanya, maka solusi manis akan didapatkan. Tetapi jika komunikasi tersendat, tidak lancar, atau bahkan tersumbat, kegoncangan akan menggoyang bahtera keluarga.

Bayangkan pula, jika ada orang asing yang kemudian menjadi sangat dekat dengan kita,  lebih dekat dari anggota keluarga atau hidup pasangan kita. Hanya karena anggota keluarga sering chatting dengan mereka kemudian seluruh rahasia, sifat, perilaku, hobi, kebiasaan, dan berbagai hal yang kita miliki semua terkuak dengan begitu terbuka.  Terlepas dari apakah kita  menyukainya atau tidak, setuju atau tidak, terganggu atau tidak tetapi kenyataan ini telah melanda kehidupan keseharian kita.

Dalam kondisi tersebut komunikasi dalam keluarga sangat penting. Maka dari itu, harus diutamakan dan selalu ditingkatkan intensitasnya maupun kadar kekuatan batiniyahnya.  Sebab, telah banyak memakan korban akibat kurang harmonisnya hubungan dalam keluarga. Merembet dan meruncingnya persoalan juga berakibat retaknya atau bahkan hancurnya bangunan keluarga.

Oleh karena itu, semoga hubungan masing-masing anggota keluarga dengan orang lain, menjadikan kepribadiannya semakin baik, menguatkan tali hubungan dengan Allah Swt serta menambah aroma sedap dalam komunikasi dalam keluarga. Karena “pengalaman” yang didapat dari interaksi masyarakat luas, baik dari yang didengar, dilihat, maupun menimpa langsung makin menguatkan arus komunikasi keluarga.   

Selanjutnya, ada beberapa prinsip sederahana yang harus dibangun di antara semua anggota keluarga dalam mendambakan kehidupan harmonis, sehat, bahagia, dan sejahtera dunia hingga surga. Untuk itu, penulis mencoba menukilkan dari tulisan Cahyadi Takariawan dalam bukunya “Agar Cinta Menghiasi Rumah Tangga Kita”, tentunya dengan sedikit tambahan, yakni sebagai berikut:

  • Keterbukaan didasari iman yang kuat (musharahah) dan musyawarah

Musharahah (keterbukaan) yang didasari iman yang kuat adalah kunci awal yang efektif untuk menghadapi tantangan dan memecahkan persoalan keluarga. Bagi pribadi mukmin, tidak ada persoalan yang Allah Swt berikan kecuali telah disediakan pula solusinya.

Berat memang bagi mereka yang sedang dilanda cobaan dalam hidupnya. Tetapi sesungguhnya Allah Swt sedang meningkatkan kapasitas dirinya dengan ujian berat yang disuguhkannya. Begitu ujian selesai dan lulus, maka dia meningkat kapasitas dan kontribusi dalam kehidupan nyata. Karena Allah Swt Yang Maha Tahu, Maha Sempurna, Maha Bijaksana, maka tidak akan membebani yang di luar kemampuannya. “Laa yukallifullahu nafsan, illa wus ‘aha“, Allah Swt tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. 

Semua anggota keluarga diharapkan saling terbuka dan menyampaikan perasaan serta keinginan dirinya secara bebas  sejak awal dalam interaksi. Sikap terbuka ini dapat menimbulkan rasa percaya (trust) dan rasa aman (secure) satu dengan yang lain. Tanpa keterbukaan akan timbul sikap saling curiga yang bisa berujung kepada malapetaka kehidupan keluarga.

Dari pasangan suami-istri yang harmonis maka akan merembet kepada ruhiyah anak-anaknya. Sehingga atas teladan mulia dari kedua orang tua, maka anak akan berkembang sesuai dengan arah tujuan didikan dan doa orang tuanya.  Keterbukaan yang dilandasi keyakinan yang kuat akan campur tangan Allah Swt akan menambah kuatnya ikatan hati dan kebersamaan diri dalam kehidupan keluarga.  

  • Memberikan contoh terlebih dahulu

Komunikasi antara sesama anggota keluarga, baik suami istri atau dengan anak-anak sebagai anggota keluarga, akan lebih nyaman dan enak ketika masing-masing merasa memiliki hak untuk memulai. Dengan memulai komunikasi atau memberi contoh dalam tegur sapa di keluarga itu sangat penting, terlebih bagi keluarga yang sibuk. Menyempatkan menanyakan kabar, menanyakan kebutuhan yang bisa dibantu atau sekadar say hello, akan menambah harmonisnya hubungan sesama anggota keluarga.

Jika kebiasaan berlomba dalam kebaikan ini diterapkan, maka komunikasi dan arus informasi di keluarga akan lancar. Sebaliknya, jika antar anggota keluarga tidak pernah komunikasi, hubungannya kaku terlalu formal, dan dibiarkan, maka menjadi sebuah pola atau kebiasaan. Oleh sebab itu, suatu ketika akan menjadi pemicu timbulnya konflik, karena salah satu pihak merasa tidak puas dan selalu dikalahkan. Padahal jika komunikasi berjalan dengan lancar  setara dan seimbang, jika ada masalah tentu akan mampu menghasilkan jalan keluar yang menguntungkan bersama (win-win solution).

Tidak sepantasnya kita menuntut agar dipahami terlebih dahulu, atau dihormati terlebih dahulu. Kita, terlebih dahulu semestinya memulai untuk menghormati atau memahami pihak anggota keluarga yang lain. Jadi, jika kita menghendaki anggota keluarga melakukan sesuatu yang terbaik bagi kita, tentulah kita mengawali dengan memberikan yang terbaik untuk saudara kita. Sesungguhnya energi yang kita harapkan sepadan dengan energi yang kita pancarkan.

Untuk itu mulailah dari Anda, dengan melakukan hal-hal yang terbaik untuk anggota keluarga yang lain. Sikap menuntut  seuatu hanya berujung kepada kekecewaan, namun saling memberi akan berdampak menyenangkan hati.

Sebaliknya, jika ketika melihat ada sesuatu yang tidak pada tempatnya dilakukan oleh pasangan Anda dan tidak berkenan dengan perbuatan tersebut, mulailah dengan interospeksi diri sendiri. Adakah kesalahan yang kita lakukan selama ini sebagai sebuah investasi sehingga pasangan kitapun akan melakukan hal yang sama. Dengan demikian maka saling mendahului dalam kebaikan dan saling mengutamakan orang lain akan menjadi karakter pada keluarga kita.

  • Tidak mengabaikan hal yang kecil

Dalam kehidupan berumah tangga, hal yang harus diperhatikan adalah kemampuan menciptakan keserasian dan keharmonisan, bukan sekadar mempertentangkan besar atau kecilnya ukuran permasalahan. Kalaupun masalah itu amat kecil, namun mampu merusak keharmonisan keluarga, maka yang semula kecil tersebut menjadi sangat signifikan untuk diperhatikan.

Jangan menganggap remeh hal-hal yang semula dianggap tidak bermakna, seperti kebiasaan membawakan oleh-oleh setiap kali suami pulang dari bepergian jauh, kendatipun oleh-oleh tersebut secara ekonomi hanya bernilai beberapa ratus atau ribu rupiah saja, bukan barang yang mahal. Kebiasaan kecil ini mampu merekatkan hubungan kekeluargaan. Jangan menganggap sepele untuk menyampaikan ucapan selamat dan kata-kata penghargaan atas hari-hari istimewanya, atau prestasi yang berhasil diraih.

   Jangan menyepelekan ucapan-ucapan sapaan manis, lembut dan tulus kepada anggota keluarga, jangan menganggap kecil arti senyum manis terhadap pasangan hidup, anak atau anggota keluarga. Hal-hal yang kecil bisa menumpuk menjadi besar, sama saja apakah menyangkut kebaikan atau sebaliknya. Jika kita menanamkan investasi kebaikan dari yang kecil-kecil dan rutin, lama-kelamaan akan menumpuklah investasi kebaikan itu. Demikian pula sebaliknya apabila investasi kita adalah ketidakbaikan, akan bisa menumpuk menjadi masalah serius bak api di dalam sekam.

  • Kembalikan semuanya kepada Allah

            Kehidupan kadang tidak mulus  dan bagus seperti yang kita inginkan. Tetapi onak dan duri kadang menghadang di depan langkah kita. Dalam kondisi seperti tepat kiranya kita merenungkan kalamullah. “Katakanlah: Sekali-kali tidak akan menimpa kami, melainkan apa yang telah ditetapkan oleh Allah bagi kami.” (QS. At-Taubah: 51)

Oleh karena itu, jangan pernah merasa gundah dan bersedih dikarenakan suatu kegagalan, kerugian harta, musibah, penyakit, atau bahkan kematian yang menimpa kita. Betapapun menyakitkan, menyedihkan, sesungguhnya Sang Maha Pencipta telah menentukan segala sesuatunya tepat dan tidak salah karena telah tertulis dalam takdir-Nya.

Segala daya dan upaya dapat dilakukan dengan maksimal dan optimal karena hal itu kewajiban bagi kita untuk merubah takdir. Tetapi jika telah menimpa diri kita, maka sesungguhnya yang demikian itu merupakan hak preogratif Allah Swt untuk menentukan sesuai dengan kehendak-Nya. Jika memang musibah dating, maka berarti pahala telah tercapai, dan dosa sudah terhapus.

Dengan demikian, berbahagialah orang-orang yang tertimpa musibah atas kesabaran dan kerelaan mereka terhadap Yang Maha Mengambil, Maha Pemberi, Maha Mengekang lagi Maha Kuasa yang telah berlaku bagi kita. Maka dari itu, tawakkal ‘alalloh paling tepat dilakukannya.[]

Redaksi

Redaksi

Klik
Konsultasi Syari'ah
Assalamualaikum, ingin konsultasi syariah di sini? Klik bawah ini