Khutbah Idul Adha 1445 H: Menegakkan Keadilan dan Rasa Persaudaraan

 Khutbah Idul Adha 1445 H: Menegakkan Keadilan dan Rasa Persaudaraan

Source: Pinterest

Hadirin Jamaah Idul Adha Yang Dimuliakan Allah..
Rasa syukur tak putus-putusnya, kita haturkan kepada Allah yang mempertemukan kita dengan hari-hari yang paling utama sepanjang tahun ini. Hari-hari yang penuh karunia, dimana setiap amal kebaikan dilipatgandakan pahala dan balasannya dibandingkan hari-hari lainnya.


Dalam hadits riwayat Bukhari, Rasulullah Saw. menegaskan bahwa tidak ada suatu hari pun amal shaleh di dalamnya lebih dicintai oleh Allah daripada hari hari ini, yaitu 10 hari pertama Bulan Dzulhijjah. Para sahabat bertanya, “Sekalipun jihad di jalan Allah?” Rasulullah menjawab “Sekalipun jihad di jalan Allah, tidak bisa mengungguli pahala amal di 10 hari pertama Bulan Dzulhijjah ini. Kecuali ada seseorang yang keluar dengan diri dan hartanya kemudian tidak kembali sedikit pun darinya.”


Puncaknya adalah hari ini, tanggal 10 Dzulhijjah, saat kita merayakan Idul Adha dengan amalan terbaiknya menyembelih hewan qurban, sebagai bentuk ketundukan kita melaksanakan perintah Allah Swt. Tidak akan sampai daging dan darah hewan itu kepada Allah. Yang sampai kepada-Nya adalah iman dan ketaqwaan kita dalam melaksanakannya.

Hadirin Jamaah Idul Adha Yang Berbahagia

Di hari yang mulia ini, totalitas penghambaan kita kepada Allah kembali diperbaharui. Keimanan di hati ini kembali dikokohkan melalui lantunan pengagungan kepada Allah dalam takbir, tahlil, dan tahmid yang dikumandangkan oleh kaum muslimin di seluruh penjuru dunia. Demikian pula suara talbiyah yang tak putus-putusnya dibaca oleh para jamaah haji di Makkah, Arafah, Mina, dan tempat-tempat sekitarnya. Labbaikallâhumma labbaik, labbaika lâ syarîka laka, labbaik. Innal hamda wan ni’mata laka wal mulk, lâ
syarîka lak.


Melalui takbir, kita kembali menyadari bahwa segala kebesaran dan keagungan hanyalah milik Allah semata. Melalui tahlil, kita segarkan kembali komitmen untuk hanya menyembah Allah yang Maha Esa. Melalui tahmid, kita ungkapkan segala kesyukuran atas limpahan nikmat tak terkira sepanjang masa.
Melalui talbiah, para jamaah haji memenuhi panggilan Allah, berkomitmen untuk menjaga keyakinan tauhid, mengakui sepenuh hati bahwa segala kerajaan dan kenikmatan hanyalah milik Allah semata. Di hari-hari ini, bumi dan langit bergetar dengan kumandang suara takbir, tahlil, tahmid dan talbiyah dari para hamba Allah yang memperbaharui komitmen keyakinannya.


Allahu Akbar.. Allahu Akbar… Allahu Akbar Wa Lillahil Hamdu


Kesempurnaan keyakinan dan ketundukan sebagai hamba Allah ini, dapat kita teladani dari kehidupan Nabi Ibrahim alaihissalam. Nabi Ibrahim dan keluarganya adalah teladan sempurna, dalam penyerahan diri kepada Allah, dan contoh yang agung tentang kesungguhan dalam menjalankan dan mendakwahkan
ajaran-ajaran islam.


Ketundukan yang sempurna ini, kadang tidak dapat dipahami oleh akal pikiran, dan tak dapat diterima oleh perasaan. Yang bisa menerimanya hanyalah jiwa yang penuh dengan keimanan dan keyakinan. Dan Nabi Ibrahim alaihissalam telah menunjukkan kepada kita, bagaimana keimanan dan keyakinan yang
sempurna itu.

Dari Nabi Ibrahim alaihissalam kita belajar untuk memasrahkan jiwa sepenuhnya kepada Allah, seperti yang tampak dalam ucapan beliau:
“Sesungguhnya aku menghadapkan diriku kepada Rabb yang menciptakan langit dan bumi, dengan teguh kepada agama yang benar, dan aku bukanlah termasuk orang-orang yang mempersekutukan Allah” (QS. Al An’am: 79)


Nabi Ibrahim diperintah oleh Allah untuk bertauhid, maka beliau pun bertauhid, walaupun harus berhadapan dengan seluruh dunia. Sebab hanya dirinya seorang yang bertauhid pada saat itu. Allah perintahkan beliau untuk mendakwahkan ajaran islam kepada penguasa paling zalim pada zamannya, maka beliau pun datang dengan gagah berani.


Sebagai seorang pejuang tauhid, Nabi Ibrahim berani menentang kezaliman dan menyebarkan kebenaran. Ia tidak takut menghadapi Raja Namrud dan menentang ajarannya yang menyimpang. Ia dengan tegar mengungkapkan keyakinannya bahwa hanya Allah satu-satunya yang berhak disembah di seluruh alam semesta.


Nabi Ibrahim dianiaya atas kepercayaan dan keyakinannya tersebut. Raja Namrud dengan kejam mencoba memadamkan cahaya kesucian yang ada dalam diri Nabi Ibrahim. Ia membakar dan menyiksa Nabi Ibrahim sebagai hukuman atas keteguhannya. Namun tidak ada kezaliman yang bisa meredam semangatnya. Beliau menanggung semua penderitaan ini dengan keberanian dan kesabaran yang mengagumkan.

Melalui kisah ini, kita bisa belajar bahwa keadilan tidak akan pernah bisa dikalahkan oleh kezaliman. Bahwa ketegasan kita dalam memegang prinsip prinsip kebenaran, akan membawa cahaya yang dapat menghapus kegelapan. Dan semua ini hanya mungkin terjadi, jika kita memiliki keberanian dan ketabahan seperti yang ditunjukkan oleh Nabi Ibrahim.


Perjuangan Nabi Ibrahim melawan kezaliman mengajarkan kita tentang arti keberanian, keteguhan, dan cinta kepada Allah. Beliau adalah teladan sempurna bagi kita dalam menghadapi segala bentuk pelanggaran dan tantangan kehidupan. Melalui kisah perjuangan Nabi Ibrahim, kita diingatkan untuk
senantiasa berjuang demi kebenaran, meski dalam situasi yang sulit sekalipun.

“Kemudian Kami wahyukan kepadamu (Muhammad): ‘Ikutilah agama Ibrahim seorang yang hanif’ dan bukanlah dia termasuk orang-orang yang mempersekutukan Allah” (QS. An-Nahl: 123)


Inspirasi dan teladan perjuangan Nabi Ibrahim kita wujudkan dengan melawan segala bentuk kezaliman dan ketidakadilan, khususnya seperti yang terjadi di Palestina saat ini. Kita dapat meneladani Nabi Ibrahim dengan menunjukkan empati, belas kasihan, dan sikap bijaksana kepada saudara-saudara
kita yang ada di sana. Kita dapat berbagi berita, informasi, dan dukungan kepada
mereka melalui media sosial dan perbincangan harian. Kita pun dapat menyalurkan bantuan, mengadakan kegiatan kemanusiaan, dan memberikan doa doa penuh ketulusan.


Solidaritas kepada kaum muslimin di Palestina bukanlah sekadar simpati sesama muslim belaka, namun ia adalah panggilan hati untuk berdiri di sisi kemanusiaan. Bila kita bersama-sama menyuarakan perlawanan atas ketidakadilan ini, maka kita dapat menjadi juru bicara persaudaraan dan kasih sayang, sekaligus pengingat bagi dunia bahwa perjuangan mereka harus ditanggapi dengan tindakan. Hanya dengan solidaritas yang kuat dan tindakan nyata, kita dapat memberikan harapan bagi kaum muslimin di Palestina.


Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar Walillahil Hamd.


Hadirin Jamaah Idul Adha Yang Berbahagia


Selain sebagai bentuk ibadah dan ketundukan kepada Allah, sarana meraih ganjaran dan pahala yang sangat besar, ajaran hidup Islami juga sarat dengan nilai-nilai kemanusiaan, bahkan lebih tinggi dari nilai-nilai kemanusian yang dikenal saat ini. Hal itu karena Islam adalah agama kasih sayang yang menjadi
rahmat bagi seluruh alam. Islam menjunjung tinggi nilai-nilai persatuan dan kesatuan, dan melarang keras tindakan kebencian dan perpecahan.


Adanya perintah untuk berqurban, selain sebagai sebuah ibadah kita kepada Allah Ta’ala, perintah ini juga memberikan pesan pendidikan untuk saling berbagi kepada sesama. Sebagai seorang muslim, kita tidak boleh cuek dan menutup mata ketika melihat tetangga dan masyarakat kita dalam keadaan lapar
dan kesusahan. Kita diwajibkan untuk peduli, memberikan uluran tangan, berusaha membantu siapa pun yang memerlukan bantuan.


Rasulullah saw pernah bersabda: “Seorang Muslim adalah saudara bagi Muslim lainnya, dia tidak menzaliminya dan tidak membiarkannya disakiti. Siapa pun yang membantu keperluan saudaranya maka Allah akan membantu keperluannya. (HR. Muslim)


Ibadah qurban merupakan wujud kepedulian sosial. Dengan berbagi daging qurban kepada yang membutuhkan, kita dapat mempererat tali persaudaraan, mengurangi kesenjangan sosial, dan membantu meringankan beban hidup sesama. Selain memperoleh pahala besar, berqurban juga mengajarkan
kesalehan, kedermawanan, kepedulian sosial, dan rasa kasih sayang kepada umat Islam.


Iman mengantarkan kita kepada kasih sayang diantara sesama, kasih sayang membawa kita kepada kebersamaan. Keimanan yang kuat kepada Allah dapat mengumpulkan urusan-urusan yang berserakan dan menyatukan hati-hati yang bermusuhan. Sementara kasih sayang menjadikan kita tidak jemu menebar kebaikan di mana pun kita berada.


Semoga Allah memberikan kita kekuatan untuk meneguhkan keyakinan, menjadi pribadi-pribadi yang shaleh dan selalu menebar kebaikan.

Khutbah II Idul Adha 1445 H

Dr. Umarulfaruq Abubakar, M.H.I

Dr. Umarulfaruq Abubakar, M.H.I

Ketua Formaqin | Founder HafalanQuran.com

Klik
Konsultasi Syari'ah
Assalamualaikum, ingin konsultasi syariah di sini? Klik bawah ini