Bahagia Saat Berbuka

 Bahagia Saat Berbuka

nidaulquran.id-Ada dua kebahagiaan yang didapatkan oleh yang berpuasa. Pertama saat berbuka, kedua saat bertemu Rabb-nya. Seperti yang sering kita dengar, syarah atau penjelasan tentang kebahagiaan berbuka adalah gembira dipertemukan kembali dengan makanan dan minuman setelah menundanya seharian.

Penjelasan seperti ini meskipun kurang mendalam, menjadi salah satu model penjelasan, karena terbukti kita selalu senang mendapati adzan Maghrib. Kurang mendalam karena kegembiraan yang diraih seputar kenikmatan fisik dan materi, padahal ada kesenangan mendalam dan hakiki yakni kesenangan jiwa.

Imam Izzuddin Ibn Abdissalam punya penjelasan yang baik perihal kegembiraan berbuka. Intisari kegembiraan berbuka, seperti dituturkan dalam risalahnya Maqoshidus Shoum, adalah kegembiraan dapat menyelesaikan puasa.

Menyelesaikan puasa berarti menyelesaikan ketaatan, sedangkan gembira atas ketaatan adalah cabang dari keimanan (syu’abul iman).

الفرح بالطاعة من الإيمان

Tidak sampai di sana, yang perlu dihayati selanjutnya bahwa ketaatan berpuasa bukan karena kemampuan manusia melainkan berkat taufiq dan minnah Allah SWT. Tanpanya, manusia tidak punya kemampuan.

لا حول ولا قوة إلا بالله

Dua penjelasan yang berbeda di atas memiliki pengaruh yang berbeda dalam penelisikan lebih lanjut.

Kegembiraan kembali makan dan minum adalah kegembiraan yang dicerap nafs thobi’iyyah, yaitu fakultas yang mencerap kelezatan materi. Fakultas ini tidak hanya dimiliki manusia, binatang sekalipun memilikinya. Karenanya, binatang menginginkan makanan tertentu yang sesuai dengan kecenderungannya.

Sedangkan kegembiraan karena limpahan minnah dan fadhol Allah merujuk kepada nafs natiqoh (jiwa), berupa kemampuan mengenali Allah SWT dengan segala keagungan-Nya. Fakultas ini menjadi kekhasan manusia.

Bergembira atas kenyamanan fisik dan materi pun akan segera sirna seiring sirnanya materi dalam tubuh. Lain halnya dengan kenyamanan ruhani, ia dapat bertahan lama di dalam hati, bahkan menjadi pemicu kesenangan fisik.

Barangsiapa bergembira dengan yang lenyap, akan lenyap kegembiraannya. Barang siapa bergembira dengan yang kekal, akan kekal kegembiraannya.

من فرح بالفاني فنى فرحه

من فرح بالباقي دام فرحه

Dari dua penjelasan di atas, kita bisa menghimpunnya dalam sekali berbuka.

Di satu sisi kita senang kembali makan dan minum, sekaligus kita pun senang dapat menuntaskan ketaatan, karena di dalam ketaatan tersimpan anugerah Allah SWT.

Wallahu a’lam

Deni Muharamdani, M.H.I.

Deni Muharamdani, M.H.I.

Pegiat Ilmu Hadits dan Maqashid Syariah Dosen Ma'had Aly Habrul Ummah Indonesia

Klik
Konsultasi Syari'ah
Assalamualaikum, ingin konsultasi syariah di sini? Klik bawah ini