Hakikat Akhlak yang Baik

 Hakikat Akhlak yang Baik

Source: Media Ibnu Abbas

حقيقة حسن الخلق، بذل المعروف، وكف الأذى، وطلا قة الوجه 

“Hakikat akhlaq yang baik adalah, bersungguh-sungguh dalam memberi kebaikan kepada orang lain, menahan diri tidak mengganggu orang lain, dan wajah yang berseri-seri.” (Mawaizh lil imam Hasan al-Bashri, hal. 187)

Secara bahasa akhlak berasal dari kata khalaqah yang kata asalnya khuluqun artinya perangai/tabiat. Khulqun artinya kejadian, buatan/ciptaan. Akhlak atau sistem perilaku terwujudkan melalui proses aplikasi sistem nilai atau norma yang bersumber pada Al-Qur’an dan sunnah.  Berbeda dengan etika yang terbentuk dari sistem nilai/norma yang berlaku secara alamiah dalam masyarakatnya pada dimensi waktu dan ruang tertentu (A.M Syaefudin, 1993:200).

Baca juga: Keberkahan Ilmu Tergantung Adab pada Guru

Termasuk ajaran agama Islam adalah akhlak yang baik. Kita diperintahkan untuk memiliki akhlaq yang mulia karena dengan hal tersebut, maka akan tampaklah kesempurnaan dan ketinggian agama Islam, baik dari sisi aqidah, ibadah, dan adab. Sangat penting, bahwa tujuan utama kita berhias dengan akhlaq yang baik adalah dalam rangka taat kepada Allah dan mengharap ridha–Nya, bukan semata untuk mendapatkan perlakuan (balasan) yang semisal dari orang lain.

Di antara bentuk akhlak yang baik antara lain:

Bersungguh-sungguh dalam memberi kebaikan kepada orang lain

Menjadi pribadi yang bermanfaat dan memberikan kebaikan kepada orang lain  adalah salah satu karakter yang wajib dimiliki oleh setiap muslim, karena setiap muslim diperintahkan untuk memberikan manfaat bagi orang lain. Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam bersabda:

خَيْرُ الناسِ أَنْفَعُهُمْ لِلناسِ

“Barangsiapa membantu keperluan saudaranya, maka Allah akan membantu keperluannya.’’ (Muttafaq’alaih)

Memberikan manfaat kepada orang lain, maka manfaatnya akan kembali pada kebaikan kita sendiri. Allah Jalla wa ‘Alaa berfirman:

اِنْ اَحْسَنْتُمْ اَحْسَنْتُمْ لِاَنْفُسِكُمْ

“Jika kalian berbuat baik, sesungguhnya kalian berbuat baik bagi kalian sendiri.” (QS.Al-Isra:7)

Selain itu memberikan kebaikan kepada orang lain harus ikhlas mengharap ridha Allah ta’ala, karena ikhlas adalah salah satu kunci diterimanya amalan.

Menahan diri tidak menganggu orang lain

Islam mengajarkan untuk memberikan kebaikan kepada orang lain dan ia memerintahkan untuk menahan diri dari mengganggu orang lain, yang mana hal tersebut merupakan tindakan  melanggar hak manusia tanpa alasan yang benar. Allah ‘Azza wa jalla berfirman:

قُلۡ اِنَّمَا حَرَّمَ رَبِّىَ الۡـفَوَاحِشَ مَا ظَهَرَ مِنۡهَا وَمَا بَطَنَ وَ الۡاِثۡمَ وَالۡبَـغۡىَ بِغَيۡرِ الۡحَـقِّ 

“ Rabbku hanya mengharamkan perbuatan yang keji, baik yang nampak ataupun yang tersembunyi, perbuatan dosa, dan melanggar hak manusia tanpa alasan yang benar…” (QS.Al-A’raf:33)

Diriwayatkan dari As-Suddi, bahwa dosa adalah maksiat, sedangkan baghyu adalah melanggar hak manusia tanpa alasan yang benar (Jami’ul bayan, 12/402). 

Dalam Qawa’id fiqhiyah   لا ضرر ولا ضرارَ (tidak boleh melakukan sesuatu yang membahayakan diri sendiri ataupun orang lain). Dari sini dapat kita ketahui bahwa dharar (melakukan sesuatu yang membahayakan) dilarang di dalam syari’at ini. Maka tidaklah layak bagi seorang muslim mengerjakan sesuatu yang membahayakan dirinya sendiri atau membahayakan saudaranya sesama muslim, baik berupa perkataan atau perbuatan.

Baca juga: Melindungi Diri dari Kezaliman

Wajah yang berseri-seri

Di antara bentuk akhlaq yang baik yang diajarkan dalam Islam adalah bermuka manis di hadapan orang lain. Dari Abu Dzar, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

لَا تَحْقِرَنَّ مِنَ الْمَعْرُوفِ شَيْئًا، وَلَوْ أَنْ تَلْقَى أَخَاكَ بِوَجْهٍ طَلْقٍ

 “Janganlah meremehkan kebaikan sedikitpun juga, walau engkau bertemu saudaramu dengan wajah berseri-seri.” (HR.Muslim no.2626)

Wajah ceria dan berseri akan mudah menarik hati orang lain ketika diajak pada Islam. Kebaikan dan senyum manis adalah modal ketika berdakwah. Selain itu, menampakkan wajah ceria dan berseri-seri ketika bertemu dengan seorang muslim akan mendapatkan ganjaran pahala seperti pahala sedekah. Dari Abu Dzar radhiyallahu ‘anhu, dia berkata Rasullullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata,

تَبَسُّمُكَ فِى وَجْهِ أَخِيكَ لَكَ صَدَقَة 

“Senyummu di hadapan saudaramu (sesama muslim) adalah (bernilai) sedekah bagimu.” (HR.Tirmidzi no.1956).

Wallahu’alam.[]

Redaktur: Luthfi Nur Azizah

Anisa Nurhidayah

Anisa Nurhidayah

Pengasuh PPTQ Ibnu Abbas

Klik
Konsultasi Syari'ah
Assalamualaikum, ingin konsultasi syariah di sini? Klik bawah ini