Keberkahan Ilmu Tergantung Adab pada Guru

 Keberkahan Ilmu Tergantung Adab pada Guru

Source: Media Ibnu Abbas

NidaulQuran.id | Keberkahan adalah sesuatu yang sulit diukur dengan parameter yang bersifat khissi (konkret). Para ulama mendefinisikan ‘البَرَكَةُ‘ dengan ‘النماء والزيادة‘ (bertambah dan berkembang). Al Asfahani mendefinisikan ‘بَرَكَةٌ’, yaitu tsubut ‘alal khoir al ilaahi fii syai’, yaitu menetapnya kebaikan dari Allah kepada sesuatu. Definisi lain berkah adalah al-khair al-katsir al-mutayazid al-mutadawim, yaitu kebaikan yang banyak terus menerus bertambah”.

Beberapa faktor yang mempengaruhi keberkahan ilmu, yaitu adab orang tua kepada pendidik, adab dari sang anak dan adab seorang pendidik itu sendiri, apakah ia mendidik masih bertendensi pada keduniawian. Dari beberapa faktor tersebut, mengapa semua itu terkaitkan dengan adab?  Jawabannya:

  1. Adab atau akhlaqul karimah adalah perintah Allah Swt. dan Rasul-Nya secara syar’i, banyak sekali hadis ataupun riwayat yang menjelaskan tentang khusnul khuluq atau adab, bahkan sebagiannya Rasulullah Saw. kaitkan dengan tingkat keimanan seseorang dengan hari akhir. Sebagaimana hadis,

مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللهِ وَاْليَوْمِ الآخِرِ فَلْيُكْرِمْ جَارَهُ، وَمَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ فَلْيُكْرِمْ ضَيْفَهُ   

“Barang siapa yang beriman dengan hari akhir maka hendaklah memuliakan tetangganya, dan barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir maka hendaklah memuliakan tamu.” (Hr. Bukhari dan Muslim)

  1. Pentingnya Khusnul Khuluq atau ta’addub kepada orang yang berilmu.

Allah menegaskan dalam sebuah ayat,

يَرْفَعِ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنْكُمْ وَالَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ دَرَجَاتٍ 

“Allah Swt. mengangkat derajat orang yang beriman dan berilmu beberapa derajat di atas yang lain”. (Al Mujadilah: 11)

Ayat tersebut menjelaskan tentang kemuliaan orang berilmu, maka adalah sebuah pelanggaran kepada Allah Swt. apabila tidak memuliakan orang yang Allah angkat/muliakan derajatnya.  Adapun pula pendidik adalah orang yang dikatakan Allah,

خَيْرُكُمْ مَنْ تَعَلَّمَ الْقُرْآنَ وَعَلَّمَهُ

Yaitu orang terbaik dimana ia mengajarkan al Qur’an dan mengajarkannya kepada orang lain. Dari hadis itu Allah statuskan para pendidik sebagai khairunnas, sebaik-baik manusia. 

Baca juga: Pendidikan yang Memanusiakan

  1. Pendidik juga adalah manusia yang disabdakan Rasulullah Saw.

“Sesungguhnya Allah, para malaikat Nya, penduduk langit dan bumi sampai semut di sarangnya dan ikan di lautan turut mendoakan kebaikan untuk orang yang mengajarkan kebaikan kepada manusia “ (HR. At-Tirmidzi)

Bilamana orang tua tiada lagi ihtirom kepada mu’allim, bisa dikatakan bahwa ia melawan semesta, padahal semesta telah memuliakannya. 

  1. Konsep yang diterapkan para mu’allim dalam pendidikan khususnya kuttab yaitu, 

 “الأدب قبل العلم و الإيمان قبل القرآن”

 (Adab sebelum ilmu, iman sebelum Qur’an)

Setiap orang tua menginginkan anak-anaknya menjadi anak yang beradab, hal ini tidak akan tercapai bilamana tidak ada qudwah dari orang tua. Metode ‘teladan yang baik’ adalah cara yang efektif untuk menumbuhkan adab anak.  Salah satu qudwah shalihat  yaitu menempatkan adab orang tua, ihtirom kepada mu’allim sang anak. 

Sebagaimana Ali bin abi Thalib pernah berkata, “Aku adalah hamba bagi orang-orang yang mengajarkan ilmu walaupun satu huruf”. Dari perkataan Ali Radhiyallahu ‘anhu dapat disimpulkan, bahwa orang yang mengajarkan ilmu walaupun satu huruf, maka ialah tuannya, Sedangkan para pendidik mengajarkan tak hanya satu huruf. 

Baca juga: Mengajar Era 4.0

Lalu dimana letak keberkahan ilmu sang anak?

Pertama, sebuah motivasi bagi para mu’allim, di antara yang menguatkan seorang pendidik adalah sikap wali santri yaitu ihtiram kepada mu’allim sang anak. Bilamana mereka menguatkan, mendukung penuh terhadap proses pendidikan sang anak, maka hal itu menjadi motivasi bagi mu’allim, sehingga hasil tarbiyah kepada anak didik pun akan  semakin kuat.

Kedua, syukur kepada Allah.

‘من لا يشكر الناس لا يشكر الله’

Barangsiapa yang tidak berterimakasih kepada orang yang berjasa mendidik anak kita, dia belum berterimakasih kepada Allah Swt. Maka dari itu, penting sekali berterimakasih kepada siapapun yang berbuat baik dan Allah akan tambahkan nikmat-Nya kepadanya,

لَئِنْ شَكَرْتُمْ لأزِيدَنَّكُمْ 

“Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu…”

Apabila seseorang telah bersyukur, maka sempurnalah kesyukuran kita kepada orang-orang yang telah berbuat baik. Wallahu ‘a’lam.

Source: Ceramah Dr. Hakimuddin Salim, Lc., M.A. disampaikan saat POMG Kuttab Ibnu Abbas Klaten, Jum’at 18 Desember 2021.

Redaktur: Luthfi Nur Azizah

Redaksi

Redaksi

Klik
Konsultasi Syari'ah
Assalamualaikum, ingin konsultasi syariah di sini? Klik bawah ini