Membaca Syamail Nabi (1): Peneropongan Kognisi Islam
NidaulQuran.id | Syamail Muhammadiyah adalah hal-ihwal diri Nabi Muhammad Saw. Di dalamnya membahas seputar fisik dan akhlak Rasulullah. Para sarjana muslim berhasil merekam sifat-sifat Nabi dalam karya-karya khusus, selain juga sudah tertulis di kitab-kitab hadis secara umum.
Rasulullah memiliki fisik dan akhlak terindah dibanding siapa pun. Membicarakan keindahan fisik Rasulullah Saw, tidak jarang kita terhalang untuk merasakannya. Keindahan tinggi badan beliau, warna kulit, rambut, cara jalan, dan keindahan fisik lainnya.
Persepsi yang hadir dan terbayang dalam benak kita adalah persepsi rupa (forma) hasil cerapan objek empiris yang pernah kita rasakan dan alami. Persepsi seperti ini tidak cukup memadai untuk membayangkan keindahan sesuatu yang belum pernah dialami. Karenanya para ulama melarang membuat film dengan menampilkan peran pengganti Nabi.
Sosok pengganti tidak akan mampu mewakili keindahan fisik baginda Nabi. Alih-alih menampilkan keindahan, justru berpeluang besar menurunkan kualitas keindahan fisik Nabi. Tirai penghalang antara realitas nyata dengan apa yang terbayang dalam benak kita dapat dilacak muasalnya dengan psikologi-kognisi dalam tradisi Islam.
Baca Juga: Keberuntungan dan Risiko dalam Perspektif Islam – Jawa
Dalam psikologi-kognisi Islam dikatakan, bahwa manusia memiliki 2 indra, indra luar dan indra dalam. Indra luar meliputi indra penglihatan, pendengaran, perasa, penyentuh, dan penciuman. Indra dalam (batin) memiliki 5 fakultas (quwwah) yaitu fakultas hiss musytarok, mushowwiroh, mutakhoyyilah, wahimah, dan fakultas hafidhoh.
Fakultas mushowwiroh bekerja mengabstraksi (merangkai) hasil tangkapan hiss musytarok (common sense) yang lebih dulu bekerja. Hasil dari abstraksi adalah rupa objek empiris (forma) yang selanjutnya disimpan di potensi mutakhoyyilah (representasi).
Fakultas mutakhoyyilah berisikan berbagai forma (rupa) hasil bentukan fakultas mushowwiroh atas objek cerapan hiss musytarok (الحس المشترك). Informasi-informasi rupa (forma) ini selanjutnya akan digunakan dan ditindaklanjuti oleh quwwah wahimah (estimasi), sesuai dengan tujuan penggunanya.
حركة النفس في المحسوسات, berkhayal berarti menggerakkan jiwa terhadap informasi-informasi empiris yang tersimpan di lumbung mutakhoyyilah. Manusia dapat berkhayal karena punya simpanan informasi empiris di mutakhoyyilah. Semakin banyak simpanan informasi semakin kuat daya khayalnya.
Baca Juga: Melindungi Diri dari Kezaliman
Konsep di atas sejalan dengan apa yang dituturkan Nabi: ليس الخبر كالمعاينة, yaitu berita tidak sama dengan pengalaman. Dari penjelasan tersebut, dapat dipahami jika pembaca syamail kesulitan mencapai hakikat keindahan Nabi karena ia belum memiliki simpanan informasi empiris yang sama dengan Nabi.
Kita hanya mencoba menerka-nerka keindahan fisik beliau berdasar bekal informasi yang pernah kita alami. Satu cara untuk sampai pada keindahan Nabi melalui jalur mimpi. Pertemuan dengan Rasulullah di dalam mimpi benar adanya, karena setan tidak mampu menyerupai Nabi. Dari semua keterbatasan yang kita miliki, saat terbayang fisik dan akhlak Nabi, sesungguhnya Nabi lebih indah dari yang kita bayangkan. Wallohua’lam []
Redaktur: Ni’mah Maimunah