Merajut Keberkahan Keluarga dengan Al-Qur’an
NidaulQuran.id | “Sesungguhnya Al-Qur’an ini memberikan petunjuk kepada manusia ke jalan yang lebih lurus dan memberi kabar gembira kepada orang-orang mukmin yang mengerjakan amal saleh bahwa bagi mereka ada pahala yang besar” (QS. Al-Isra’: 9)
Siang itu Pak Martak pulang dari sawah lebih awal karena ada amanah yang harus ditunaikan. Buruh tani tersebut hidup dari hasil ternak sapi dan kambing, buruh seadanya, serta bercocok tanam dengan sistem sewa lahan atau mukhabarah. Petani pengolah sawah dengan mukhabarah hanya mengerjakan pengolahan lahan, sedangkan bibit tanaman dan pupuk dari pemilik lahan. Hal ini dilakukan karena keterbatasan ekonomi, sehingga untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari harus mengelola sawah dengan mukhabarah.
Sedari kecil Pak Martak rutin membaca Al-Qur’an setelah salat magrib di surau Kiai Ahmad Kalyubi. Hari itu ada tetangga yang menemuinya di sawah guna meminta tolong mengajari anaknya membaca Al-Qur’an setiap sore. Di kampung tersebut anak-anak yang belum bisa membaca Al-Qur’an dititipkan kepada orang yang bisa mengaji untuk diajari. Setelah lancar baru diikutkan mengaji di surau atau musala sekitar rumah, di antaranya surau Kiai Ahmad Kalyubi.
Baca Juga: Pendidikan yang Memanusiakan
Meskipun pak Martak belum memahami arti Al-Qur’an dengan sendiri, tetapi beliau berusaha mengamalkan setiap kajian yang disampaikan Kiai Ahmad Kalyubi. Rutinitas mengaji dan mengajarkan membaca Al-Qur’an pun terpatri dalam keseharian pak Martak. Hal ini ditekuni bertahun-tahun sampai anak-anaknya beranjak remaja. Pak Martak mengajar baca tulis Al-Qur’an di rumah sederhana beliau, terkadang juga diundang ke rumah orang lain.
Al-Qur’an adalah pedoman hidup yang paling sempurna, maka siapapun yang meyakini dan mengamalkannya pasti akan mendapatkan kepuasan terhadap hasilnya. Hal ini berlaku bagi mereka yang baru bisa membaca namun belum memahami maknanya secara langsung.
Orang yang membaca Al-Qur’an ibaratkan buah limau yang harum aromanya serta lezat rasanya, sebagaimana dijelaskan dalam hadis: Dari Abu Musa Al Asy’ari berkata bahwa Rasulullah Saw., bersabda: “ Perumpamaan orang mukmin yang membaca Al-Qur’an bagaikan buah limau baunya harum dan rasanya lezat…” (HR. Bukhari dan Muslim)
Pak Martak yakin bahwa dengan mengamalkan Al-Qur’an dan khusyuk berdoa pasti hidupnya akan lapang. Kalau bukan beliau yang merasakan mungkin anak keturunannya kelak yang menikmati. Dengan keyakinan dan usaha beliau kini terbukti keenam anaknya bisa hidup layak bahkan ada yang di atas rata-rata untuk ukuran masyarakat pada umumnya. Anak beliau ada yang bisa menyelesaikan S1, S2, S3, bahkan hampir profesor.
Anak pertama sampai ke tiga memang tidak memungkinkan sekolah karena kondisi ekonomi keluarga juga sosial ekonomi masyarakat yang terbatas pada saat itu. Tetapi sekarang mereka berhasil menikmati hidup di atas rata-rata berkat Al-Qur’an. Hal ini berbeda dengan tetangganya yang tidak mengamalkan Al-Qur’an, sampai saat ini kondisi keluarga tersebut belum ada perubahan yang signifikan.
Baca Juga: Fondasi Kemenangan dalam Pembebasan Yerusalem
Sebelum sakit pak Martak sempat bercerita kepada anak-anaknya, “Kakak keduamu pernah bermimpi, di sebelah rumah kita ada mata air jernih yang diambil manfaatnya oleh banyak orang dari berbagai penjuru”. “Bapak tidak tahu apa arti mimpi itu, tetapi bapak ingin di sebelah rumah kita didirikan masjid untuk beribadah masyarakat sekitar”, lanjut beliau. Dan sebelum beliau wafat, bertepatan dengan pelantikan Prof. Dr.Ing. H. Bacharuddin Jusuf Habibie sebagai presiden RI yang ketiga, masjid itu pun mulai dibangun dengan bantuan muhsinin dari Kuwait.
Mimpi orang desa yang tulus, jujur, dan lugu pun menjadi kenyataan. Masjid yang diimpikan pak Martak kini melebihi surau gurunya waktu kecil. Di masjid itu sering digelar pengajian yang dihadiri jamaah dari dalam dan luar kota, terkadang narasumber kajian berasal dari luar kota dan provinsi juga. Bahkan pada acara kajian dan peresmian sekolah yang didirikan di rumah pak Martak almarhum bisa menghadirkan ketua MPR RI bapak Dr. HM. Hidayat Nur Wahid, M.A. sebagai pembicara.
Sebagai kesimpulan, jika menginginkan hidup lebih berkah, yakini dan amalkan Al-Qur’an. Baca dengan rutin, tadaburi isinya, serta amalkan dengan sepenuh iman. Niscaya amalan itu akan dibalas berlipat ganda oleh Allah Yang Maha Kaya. Maha Pengasih yang tak pernah pilih kasih kepada hamba-hamba-Nya.
Kisah nyata kehidupan pak Martak merupakan contoh real akan keberkahan Al-Qur’an bagi orang mukmin yang mengamalkannya. Mari kita kuatkan hubungan kita dengan seluruh anggota keluarga kemudian buat kesepakatan, akan mengkhatamkan Al-Qur’an setiap berapa hari sekali. Dengan selalu konsisten dalam meyakini dan mengamalkan bukti kecintaan kepada Al-Qur’an, insyaAllah semua usaha serta doa kita dikabulkan Allah Swt, dan keberkahan hidup keluarga dapat diraih bersama- sama. Wallahu a’lam []
Redaktur: Ni’mah Maimunah