Sinergi Ayah dan Ibu

 Sinergi Ayah dan Ibu

Source: Pinterest

NidaulQuran.id | Mendidik anak-anak hebat dan bercahaya membutuhkan sinergi dalam keluarga. Tidak bisa seorang ayah hanya memasrahkan tugas mendidik kepada ibu. Tidak pula, seorang ibu bergantung pada ayah dalam mendidik anak. Oleh karena itu, perlu kerja sama yang baik antara ayah dan ibu. Perlu berbagi peran dalam membersamai tumbuh kembang mereka.

Bagaimanakah membangun sinergi itu? Dimulai dengan memahami arti dari sinergi itu sendiri yaitu bergabung atau bekerja sama. Jadi, seorang  ayah dituntut mampu bekerja sama dengan keluarga, ia mampu membagi peran dengan ibu dalam mendidik anak-anaknya.

Sekarang mari kita cermati bersama bagaimana Rasulullah Saw. membangun peradaban Islam. Apakah beliau sendirian yang melahirkan peradaban besar umat ini? Seperti yang kita ketahui bahwa beliau adalah utusan Allah Swt. yang diberi wahyu berupa Al-Qur’an. Akan tetapi untuk membangun peradaban Islam beliau masih membutuhkan sinergi para sahabat. Beliau membutuhkan pimpinan-pimpinan ring satu dan prajurit-prajurit khusus dalam berbagai macam batalion seperti pasukan berkuda, pasukan memanah, pasukan infanteri, dan lain sebagainya.

Ketika Nabi Saw. masih berusia 35 tahun dan belum diangkat menjadi Rasul, beliau diamanahi meletakkan hajar aswad setelah renovasi Ka’bah. Beliau dipercaya semua kabilah akan hal ini karena integritasnya dalam hal amanah dan kejujuran. Subhanallah, ternyata beliau sangat cerdas dan elegan dalam menyelesaikan masalah ini. Beliau melibatkan semua kabilah sebagai wasilah meletakkan hajar aswad pada  posisinya. Hajar aswad diletakkan di atas kain yang sudah dibentangkan dan setiap kabilah memegang ujung kain sambil berjalan menuju tempat peletakannya. Kemudian Nabi Saw. yang meletakkan  pada posisi yang sudah ditetapkan.

Baca Juga: Kehilangan yang Tak Terlupa

Tadabur apa yang bisa kita ambil dari kisah istimewa ini sehingga bisa kita aplikasikan dalam tarbiyah anak-anak kita?

Pertama, pentingnya orang tua melibatkan Allah dalam mendidik anak. Sebagaimana Nabi Saw. memiliki ide melibatkan seluruh kabilah, tentu dengan bimbingan dari Allah. Kita perbanyak doa, karena Allah pasti mengabulkannya. Berdoa merupakan ranah seorang hamba, sedangkan diterima atau dikabulkannya itu ranah Allah Swt.  Sebagaimana janji Allah dalam surat Ghafir ayat 60: “Dan Rabbmu berfirman, Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Aku perkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang sombong tidak mau menyembah-Ku akan masuk ke neraka Jahanam dalam keadaan hina dina.”

Kedua, kejujuran dan kepercayaan menjadi kata kunci dalam sinergi. Rasulullah Saw. sangat dikenal dengan sosok yang sangat menjaga integritas dirinya. Beliau dikenal sebagai al-amin dan amanah. Maka, seorang ayah dan ibu wajib membangun dua integritas ini agar setiap nasehat yang keluar dari lisan bisa diterima dengan baik dan segera untuk diaplikasikan anak-anaknya.

Ketiga, beliau selalu bersinergi dalam menyelesaikan permasalahan umat saat itu.  Semua kabilah merasa dimuliakan dengan sinergi tersebut. Semua merasa ikut andil dalam proses peletakkan hajar aswad pada tempatnya.

Contoh sederhana sinergi orang tua di pagi hari. Ayah  membangunkan anak-anak untuk salat subuh di masjid dan menyimak ziyadah (setoran hafalan baru) atau  muroja’ah bakda subuh. Sedangkan ibu menyiapkan sarapan, baju, dan keperluan sekolah anak. Ketika tidak ada sinergi dan komunikasi yang baik pasti suasana pagi di rumah akan menjadi kacau dan saling menyalahkan satu sama lain, sehingga hilanglah keberkahan di pagi hari.

Keempat, persatuan. Semua kabilah bersatu-padu meletakkan hajar aswad. Jika semua kabilah tidak ada yang mengalah dan menurunkan egonya masing-masing tentu hajar aswad tidak segera ditempatkan pada posisinya.

Baca Juga: Bersyukur Penutup Kufur

Seorang ayah diciptakan Allah dengan ego yang cukup tinggi, jadi seorang ibu harus memahami hal ini. Dan seharusnya seorang ayah bisa menempatkan ego sesuai situasi dan kondisi, sehingga tidak menjadi ayah yang egois. Islam menempatkan ayah sebagai pemimpin keluarga maka ibu harus bisa menghormati dan menghargainya. Begitu pula sebaliknya seorang ayah juga harus memahami peran ibu, menghargai setiap pekerjaan-pekerjaan rumahnya. Sungguh indah bila ayah dan ibu saling memahami dan memerankan perannya masing-masing. 

Mari bersama kita hidupkan tarbiyah anak dalam rumah kita. Bersinergi dengan sekolah dalam mendidik anak-anak dengan tarbiyah imaniyyah madal hayah (pendidikan iman sepanjang hayat). Dr. Mu’inuddinillah Basri, MA rahimahullah pernah berpesan, “Keberhasilan pendidikan Islam adalah ketika anak-anak kita mencintai Allah, Rasulullah, Al-Qur’an, Islam, dan guru-gurunya”. 

Tidak ada kata terlambat selama Allah Swt. masih memberikan umur yang panjang.  Mari kita perbaiki bersama-sama dengan seluruh anggota keluarga kita masing-masing. Mulai dari manakah? Tentu dimulai dari seorang ayah, pemimpin dalam keluarga. Berikutnya, anak dan istri mengikuti arahan nahkoda bahtera rumah tangga. Ya Allah bimbinglah kami, mampukan kami dalam mendidik anak-anak kami dengan pendidikan yang terbaik. Amin. []

Redaktur: Ni’mah Maimunah

Kusyaeni, S.Pd.I.

Kusyaeni, S.Pd.I.

Kepala Kuttab Ibnu Abbas

Klik
Konsultasi Syari'ah
Assalamualaikum, ingin konsultasi syariah di sini? Klik bawah ini