Pemimpin Hamas Syahid dalam Operasi Taufan Al-Aqsha: Sebuah Pengorbanan untuk Palestina
Terus Berjuang: Indikator Husnuzan kepada Allah
“Aku pada sangkaan hamba-Ku kepada-Ku, maka silakan Dia bersangka padaKu sesuai kehendaknya.” (HR. Ibnu Hibban)
Husnuzan (baik sangka) kepada Allah merupakan iman dan adab serta akhlak yang mulia. Sebaliknya suuzan (buruk sangka) kepada Allah sebagai kemaksiatan dan kekufuran. Allah mencela orang orang yang tidak berangkat jihad bersama Rasulullah saw, karena sangkaan buruk mereka kepada Allah, bahwa Allah tidak akan menolong Rasul-Nya dan hamba-Nya yang beriman. Kemudian mereka memprediksi bahwa Rasulullah dan sahabatnya akan mati terbunuh dan tidak bisa pulang ke rumah. Dalam hal ini Allah mengatakan kepada mereka: “Dan kalian menyangka sangkaaan yang buruk dan adalah kalian kaum yang binasa.” (QS, Al Fath ayat: 12)
Husnuzan kepada Allah, wajib dalam berbagai kondisi. Terutama dalam kondisi sulit, harus selalu positif dalam pikiran, sikap dan tindakan. Seperti melihat kondisi zaman sekarang, di mana kaum muslimin lemah ditindas. Orang-orang kafir berkuasa durjana. Mereka memiliki berbagai sarana yang mengancam masa depan Islam dan muslimin. Husnuzan dalam hal ini dengan memandangnya sebagai ujian keimanan terhadap pertolongan dan kekuasaan Allah, dan kebenaran janji-Nya.
Untuk itu diperlukan tetap istikamah dalam perjuangan dan keyakinan terhadap kebenaran Islam. Agar kemudian tidak terjatuh dalam suuzan kepada Allah bahwa Islam telah habis masanya. Sangkaan buruk yang menjadikan sebagian besar masyarakat pasrah terhadap nasib dan mengikuti kebatilan tunduk kepada kezaliman.
Husnuzan kepada Allah mencakup berbagai dimensi. Di antaranya, husnuzan bahwa Allah mengampuni dosa hamba hamba-Nya yang mau bertaubat, maka segera bertaubat dari segala kesalahan. Husnuzan bahwa Allah memberkahi dan merahmati orang beriman dan beramal saleh, menolong hamba hamba-Nya yang berjuang di jalan Allah Swt. Husnuzan kepada kebenaran janji Allah yang akan menghancurkan kebatilan dan kezaliman. Husnuzan bahwa Allah menolong serta memenangkan kebenaran dan para pejuang kebenaran. Husnuzan bahwa Islam adalah sistem dan din yang benar, baik, yang mampu menjadikan masyarakat dan negara aman, makmur sentosa, bahagia (baldatun thayyibatun wa rabbun ghofur). Maka teruslah berjuang, berdakwah, berkorban dengan harta dan jiwa dan yakin dengan pertolongan Allah sampai meraih kemenangan.
Husnuzan kepada Allah, Rasul-Nya, husnuzan kepada kaum muslimin sebagai ummat yang insya Allah mampu bersatu, mampu memimpin dunia dengan akidah dan syariah Islam yang membawa kehidupan yang damai. Husnuzan ini dibuktikan terus berjuang dan beramal saleh dalam mempelajari Islam, mengamalkan Islam, mendakwahkan Islam, dan berjihad agar Islam menjadi aturan dan sistem yang mengatur kehidupan dan bangsa.
Husnuzan kepada Allah dalam masa kini sangat diperlukan bahwa Allah pasti menolong hamba-Nya yang mau menolong-Nya dan menolong hamba-Nya untuk menyelamatkan Indonesia. Menyelamatkan dari keterpurukan moralitas, politik, dominasi aseng asing terhadap kekayaan negara, dominasi ideologi kufur kapitalis, sosialis, liberalisme, sekularisme, menancapnya kekuasaan munafikin dan kuffar terhadap negeri ini. Dengan terus berjuang menyuarakan kebenaran dan berjuang mengantarakan kader-kader umat Islam yang memiliki kapabilitas dan kredibilitas yang melebihi atas tantangan yang dihadapi bangsa ini untuk mengambil posisi kepemimpinan negara ini.
Alhamdulillah kesadaran ulama terhadap pentingnya politik Islam dan kesadaran umat Islam akan pentingnya tegaknya syariat Islam dan kepemimpinan politik Islam memicu munculnya calon pimpinan nasional yang muda, cerdas, dan energik. Dari sini, insya Allah semakin meruntuhkan anggapan bahwa rezim zalim yang didukung oleh semua kekuatan ekonomi, politik dan militer asing-aseng tak terkalahkan. Untuk itu, kita semakin yakin pada 2019 Indonesia akan mampu keluar dari krisis kepemimpinan. Kemudian dapat muncul presiden dan wakil presiden yang kuat, amanah, dan mampu membangun Indonesia sebagai negara yang memimpin dunia Islam dan memerdekan umat Islam dari penjajahan Yahudi, Nasrani, dan Komunis.
Refleksi husnuzan kepada Allah ialah menjaga kemurnian niat dan motivasi dalam perjuangan untuk penguatan posisi Islam. Kemudian menegakkan tauhid dan menjalankan syari’at Islam demi mendapatkan ridha Allah. Hal ini bertujuan untuk menyelamatkan manusia dari penghambaan kepada selain Allah menuju penghambaan kepada Allah semata, dari kezaliman menuju keadilan, dari kesempitan dunia menuju keluasan dan kesjahteraan dunia akhirat.
Di antara pertolongan Allah kepada umat Islam dengan terbukanya kedok kedok kemunafikan dari penyusup-penyusup di tubuh kaum muslimin. Sehingga diharapkan, kemudian yang tampil memenangkan Islam adalah orang-orang yang murni niatnya, bukan orang oportunis yang mengorbankan prinsip-prinsip Islam hanya untuk kekuasaan dan dunia semata.
Allah akan menghancurkan kekufuran dan mengalahkan orang orang kafir. Dan Allah memberi kedudukan kepada kaum muslimin tatkala kaum muslimin tetap istikamah dalam perjuangan. Kaum mulismin tetap yakin dengan pertolongan Allah dalam kondisi sesulit apapun, tetap ikhlas, dan teguh dalam perjuangan. Mereka juga siap berkorban dengan keyakinan bahwa semua pengorbanan akan dibalas oleh Allah dengan balasan yang jauh lebih baik. Sebagaimana Allah berfirman: “Diizinkan bagi orang yang diperangi untuk melawan, karena mereka dizalimi, dan sungguh Allah berkuasa untuk menolong mereka, yaitu orang orang yang jika Kami berikan kedudukan di muka bumi mereka menegakkan shalat, menunaikan zakat,memerintahkan yang ma’ruf, dan melarang yang munkar dan untuk Allah kesudahan segala perkara.” (QS Al Hajj ayat: 39-40). [Ed: Riki Purnomo].
Tulisan Allahuyarham KH. Muhammad Mu’inudinillah Basri pernah dimuat di majalah Nidaul Qur’an