Mendidik Anak-Anak Cahaya

 Mendidik Anak-Anak Cahaya

Source: Media Ibnu Abbas Klaten

NidaulQuran.id | Anak merupakan anugerah paling berharga bagi orang tua. Dalam Al-Qur’an disebutkan bagaimana posisi anak bagi orang tua, ia bisa menjadi perhiasan kehidupan dunia, penyejuk mata, ujian, atau bahkan kehadiran anak-anak bisa menjadi musuh bagi kedua orang tuanya.

Setiap orang tua jika ditanya perihal anak-anaknya, pasti semua menginginkan mereka menjadi anak yang saleh. Anak-anak yang berbakti kepada ayah ibunya, serta menjadi penyejuk mata dan hati bagi keduanya. Namun, untuk mewujudkan anak-anak yang saleh membutuhkan kesabaran yang luar biasa. Butuh daya lenting yang cukup untuk menghadapi pernak-pernik keunikan mereka. 

Bagi orang-orang beriman anak merupakan investasi akhirat. Anak diharapkan memiliki keunggulan amal saleh dibandingkan kedua orang tuanya. Ia bisa memberikan kontribusi syafaat di akhirat dengan izin Allah.  Waladun sholihun yad’u lahu, yaitu anak saleh yang selalu menghadirkan ketulusan doa-doa  untuk ayah dan ibunya. 

Baca Juga: Bersama Menerangi Dunia

Berkaitan dengan mendidik anak-anak cahaya, dalam kamus Al-Qur’an karya Syeikh Ar-Raghib Al-Asfahani menjelaskan bahwa النّور artinya cahaya yang menyebar dan membantu mata dalam melihat. Kata النّور terbagi menjadi dua jenis, yaitu cahaya duniawi dan cahaya akhirat. Cahaya duniawi terbagi menjadi dua jenis pula, pertama cahaya yang hanya dilihat oleh mata hati, contohnya cahaya Ilahi seperti cahaya akal dan cahaya Al-Qur’an. Kedua, cahaya yang dapat dilihat oleh mata indra contohnya cahaya bulan, bintang, matahari, dan lain-lain.

Allah Swt. berfirman dalam surah al-Maidah ayat 15:

قَدْ جَاۤءَكُمْ مِّنَ اللّٰهِ نُوْرٌ وَّكِتٰبٌ مُّبِيْنٌۙ – ١٥

“Sungguh, telah datang kepadamu cahaya dari Allah, dan Kitab yang menjelaskan.”

Allah Swt. juga menjelaskan dalam surah al-An’am ayat 122: 

اَوَمَنْ كَانَ مَيْتًا فَاَحْيَيْنٰهُ وَجَعَلْنَا لَهٗ نُوْرًا يَّمْشِيْ بِهٖ فِى النَّاسِ كَمَنْ مَّثَلُهٗ فِى الظُّلُمٰتِ لَيْسَ بِخَارِجٍ مِّنْهَاۗ كَذٰلِكَ زُيِّنَ لِلْكٰفِرِيْنَ مَا كَانُوْا يَعْمَلُوْنَ – ١٢٢

“Dan apakah orang yang mati (hatinya) lalu Kami hidupkan dan Kami beri kepadanya cahaya yang terang, dengan cahaya itu dia dapat berjalan di tengah-tengah masyarakat manusia serupa dengan orang yang keadaanya berada dalam gelap gulita yang sekali kali tidak dapat keluar daripadanya. Demikianlah dijadikan terasa indah bagi orang-orang kafir apa yang mereka kerjakan.”

Allah Swt. mengutus Rasulullah Muhammad Saw. untuk menyingkap kegelapan jahiliah dan menggantinya dengan cahaya Islam. Beliau menjadi penerang perjalanan manusia yang telah lama terpuruk dalam kezaliman dan kemaksiatan. Cahaya yang masuk ke dalam hati setiap orang bisa memberikan solusi di tengah kegelisahan dan kegundahan tatanan sosial, serta memberikan keteladanan akhlak di tengah kerusakan moral.

Baca Juga: Santri Sejati Ikuti Jejak Nabi

Hikmah yang bisa kita ambil dari tadabur ayat di atas adalah:

  • Di antara bentuk kasih sayang Allah kepada hamba-hamba-Nya adalah dengan mengutus seorang Rasul untuk memberikan pencerahan.
  • Rasulullah Muhammad Saw. menjadi cahaya bagi umatnya karena dibekali Allah dengan Al-Qur’an.
  • Cahaya Allah itu adalah Al-Qur’an yang berguna untuk menerangi kehidupan manusia.
  • Al-Qur’an adalah satu-satunya panduan yang menyingkap kegelapan dan memberikan cahaya solusi.

Dan masih banyak lagi pesan-pesan mutiara hikmah yang bisa kita ambil dari ayat di atas.

Yang dimaksud cahaya adalah Al-Qur’an. Kita berharap anak-anak kita menjadi anak-anak cahaya. Mereka dekat dengan cahaya, membacanya, menghafalnya, mentadaburinya, menggali mutiara-mutiara hikmah dari setiap ayat, dan menangkap pesan-pesan Allah untuk diaplikasikan dalam kehidupan nyata. Menggali  ilmu amaly dan menekuni amal ilmy dari sumber cahaya tersebut.

Dengan bekal cahaya, kita berharap bisa memberikan kemanfaatan yang besar kepada umat. Al-Qur’an benar-benar nyata menjadi pedoman hidup sebagaimana tujuan diturunkannya.

Tugas siapakah itu? Ya, kembali kepada setiap qowwam atau pemimpin keluarga di rumah masing-masing kaum muslimin. Tugas para ayah mendesain keluarganya dengan cahaya. Para ayah dan ibu menjadi role model bagi anak-anaknya. Ayah dan ibu memberikan keteladan dalam kedekatannya dengan Al-Qur’an. Memberikan porsi khusus untuk Al-Qur’an. Membuat komitmen waktu bersama sumber cahaya. 

Terakhir, mari para ayah di mana pun berada, bersama-sama melahirkan generasi cahaya itu. Anak-anak kita adalah anak-anak cahaya. Merekalah yang akan menebarkan cahaya Allah, Al-Qur’anul Karim. Memberikan solusi di semua lini bidang kehidupan dengan Al-Qur’an. Kita para orang tua hanya bisa berikhtiar semampunya dengan segala keterbatasan iman, ilmu dan kemampuan. Selanjutnya, biarlah Allah Swt. yang mendidik anak-anak kita. Cukuplah Allah Swt. yang menyempurnakan kekurangan-kekurangan kita sebagai orang tua. 

Ya Allah bimbinglah kami, mampukan kami menghadirkan anak anak cahaya itu. 

اللهم اجعل القرآن ربيع قلوبنا ونور صدورنا وجلاء أحزاننا وذهاب همومنا

“Ya Allah, jadikanlah Al-Quran menjadi musim semi di hati kami, cahaya di dada kami, pengusir kesedihan kami, dan penghilang kegundahan kami.” Amin. []

Redaktur: Ni’mah Maimunah

Kusyaeni, S.Pd.I.

Kusyaeni, S.Pd.I.

Kepala Kuttab Ibnu Abbas