Muslimah Nusantara Penerima Gelar Kehormatan dari Al Azhar Mesir

 Muslimah Nusantara Penerima Gelar Kehormatan dari Al Azhar Mesir

Source: Youtube Rifka Diflaizar

Nidaul Quran | Pada 1955 M, Imam Besar Al Azhar Mesir, Syaikh Abdurrahman Taj, berkunjung ke Indonesia. Dalam kesempatan itu, beliau diajak oleh Mohammad Natsir untuk berkunjung ke Sumatera Barat. Di sana beliau ditunjukkan dengan satu lembaga pendidikan khusus kaum perempuan. Lembaga itu dinamai Madrasah Diniyah lil Banat atau juga dikenal dengan Diniyah Puteri School.

Syaikh Abdurrahman mengungkapkan kekagumannya. Beliau tertarik dengan konsep dan sistem pembelajaran di Diniyah Putri School. Dari kekaguman itu, beliau menginisiasi pendirian Kulliyatul Banat (Kampus Putri) di Universitas Al Azhar Mesir.

Pencapaian Diniyah Putri hingga menjadi inspirasi sebuah universitas tertua di dunia tersebut tidak terlepas dari peran pendirinya. Beliau adalah Rahmah El Yunusiyah. Seorang pembaharu pendidikan dari Ranah Minang.

Rahmah El Yunusiyah lahir pada Desember 1900 M. Beliau berasal dari keluarga terpelajar dan taat beragama. Ayahnya adalah Muhammad Yunus bin Imaduddin, seorang ulama, qadhi dan ahli falak. Kakak pertamanya, Zainuddin Labay adalah tokoh pendidikan Islam dan pendiri Diniyah School.

Semenjak kecil beliau dikenal sebagai anak yang cerdas. Beliau mendapat kesempatan untuk mendapat pendidikan yang lebih luas dibanding anak-anak seusianya saat itu. Pendidikan dasar beliau dapat dari ayah dan kakaknya. Kemudian saat berusia 15 tahun atau sekitar 1915 M, beliau belajar di Diniyah School yang baru didirikan oleh kakaknya. 

Selain cerdas, beliau juga seorang yang kritis dan mempunyai tekad kuat. Jika di Diniyah School beliau tidak mendapatkan ilmu yang dibutuhkannya, maka beliau akan berusaha untuk mencarinya di tempat lain. Tercatat dalam buku “Tokoh Pembaharuan Pendidikan Islam di Indonesia” Rahmah pernah belajar kepada Haji Karim Amrullah (Ayah Buya Hamka), Tuanku Mudo Abdul Hamid (Pemimpin Sekolah Thawalib), Syaikh Muhammad Jamil Jambek, Syaikh Abdul Latif Rasyidi, dan Syeikh Daud Rasyidi. Mereka adalah para ulama besar di zamannya. Dari para ulama itu, beliau memperdalam ilmu agama, terutama fikih terkait perempuan. 

Baca juga: Para Perintis Pembebasan Al Quds Yerusalem (1187)

Selain ilmu agama, Rahmah juga berinisiatif untuk belajar ilmu kesehatan. Beliau mengikuti kursus ilmu kebidanan dan pertolongan pertama pada kecelakan (P3K) di RSU Kayu Tanam, Sumatera Barat. Setidaknya ada enam dokter yang menjadi pembimbingnya dalam belajar ilmu kesehatan. Hasilnya, beliau mendapatkan izin untuk membuka praktek bidan.

Semangatnya dalam menimba berbagai bidang ilmu, secara kasat mata mendahului alam pikiran kebanyakan perempuan masa itu. Beliau, Rahmah El Yunusiyah sadar bahwa tugas seorang perempuan tidak hanya terbatas pada urusan kerumahtanggaan semata. Perempuan adalah pendidik utama bagi anak-anaknya kelak. Sebagai ibu, perempuan menjadi madrasah pertama yang akan membentuk corak kepribadian sang anak di masa depan. Maka menjadi kewajiban seorang perempuan untuk tidak hanya mempunyai keterampilan rumah tangga tetapi juga harus memiliki ilmu agama yang memadai.

Pemahaman beliau akan pentingnya ilmu bagi seorang perempuan membentuk fondasi berdirinya Diniyah Puteri School. Lembaga ini didirikannya saat usianya menginjak 23 tahun. Keinginannya agar perempuan mempunyai kesempatan yang lebih besar dalam memperoleh ilmu agama.

Dalam satu kesempatan, beliau mengatakan “Diniyah Puteri selalu akan mengikhtiarkan penerangan agama dan meluaskan kemajuannya kepada perempuan-perempuan yang selama ini susah mendapatkan penerangan agama Islam secukupnya daripada kaum lelaki. Inilah yang menyebabkan terjatuhnya penerangan perempuan Islam daripada penerangan agamanya sehingga menjadikan kaum perempuan itu rendam karam ke dalam kejahilan.” (Sumber: Junaidatul M dalam “Rahmah El Yunusiyah: Pelopor Pendidikan Perempuan”).

Pembelajaran di ‘Diniyah Puteri’ mengintegrasikan ilmu agama dan keterampilan. Untuk mengembangkan kurikulumnya, beliau rela mengadakan studi banding ke berbagai lembaga pendidikan di Sumatera dan Jawa. Dalam buku “Modernisasi Pendidikan Islam di Awal Abad 20,” menyebutkan program Diniyah Puteri di fase awal pendirian dibagi menjadi tiga variasi: (1) Program pendidikan agama Islam; (2) Program pendidikan kelompok khusus program keterampilan; (3) Program pendidikan bahasa Arab.

Baca juga: Sebab Daya Pengaruh Pemimpin Melemah

Diawali dari 71 orang murid, implementasi gagasan pendidikan untuk kaum perempuan dimulai. Seiring waktu, gaung Diniyah Puteri juga terdengar sampai negeri jiran. Ratusan pelajar dari Malaysia dan Singapura dikirim untuk belajar di Diniyah Puteri. 

Di tahun 1932 M, banyak lulusan Diniyah Puteri diminta untuk mengajar di luar Sumatera. Pemimpin negeri Penang, Trenggano, Siak Indrapura secara khusus meminta kepada Diniyah Puteri untuk mengirim alumninya mengajar di negeri mereka.

Dengan kurikulum dan sistem pendidikan yang dinamis, Diniyah Puteri berhasil melahirkan lulusan yang berkualitas. Puteri Panglima Polim, Hajjah Rangkayo Rasuna Said, Nurhayati Subarkah dan Tan Sri Datin Aishah Ghani (Mantan Menteri di Malaysia) adalah beberapa nama tokoh yang pernah tercatat belajar di Diniyah Puteri.

Atas izin Allah, kegigihan dan konsistensi Rahmah El Yunusiyah dalam membidani dan memimpin Diniyah Puteri menjadi inspirasi siapapun yang peduli dengan pendidikan generasi masa depan. Hingga pada 1957 M, seusai beliau menunaikan ibadah haji, beliau diundang oleh Imam Besar Al Azhar untuk datang ke Mesir. Dalam satu Sidang Senat Luar Biasa, beliau menerima gelar kehormatan “Syaikhah” dari Universitas Al Azhar. Sebuah gelar prestisius yang belum pernah diterima oleh muslimah lain sebelumnya.

Wallahua’lam bisshawab.[]

Redaktur: Luthfi Nur Azizah

Yadhik Tanoto

Yadhik Tanoto

Peminat Sejarah Perjuangan Islam

Klik
Konsultasi Syari'ah
Assalamualaikum, ingin konsultasi syariah di sini? Klik bawah ini