Para Perintis Pembebasan Al Quds Yerusalem (1187)

 Para Perintis Pembebasan Al Quds Yerusalem  (1187)

Source: Portal Islam

NidaulQuran.id | Tahun 1099, Baitul Maqdis, Yerusalem jatuh ke tangan pasukan Salib. Kekalahan itu membuka tabir kondisi umat muslim pada masa itu. Dominasi kecintaan pada dunia dan harta telah membuat kekuatan kaum muslim mencapai titik terendahnya. Fanatisme mazhab di tengah umat memicu perdebatan dan pertikaian yang tak berujung. Keteladanan para pemimpin yang buruk semakin memperparah keadaan kaum muslimin.

Kondisi tersebut, mau tidak mau mendorong para tokoh umat untuk mengambil peran perbaikan. Mereka bahu membahu saling berkolaborasi dan mewarisi semangat kebangkitan umat dari generasi ke generasi. Hingga puncaknya pada masa generasi Shalahuddin Al Ayyubi yang berhasil membebaskan Yerusalem. Tanpa mengenyampingkan tokoh umat yang lain, berikut adalah beberapa nama yang tercatat berperan dalam pembebasan Baitul Maqdis Yerusalem:

Baca juga: Fondasi Kemenangan dalam Pembebasan Yerusalem

IMAM AL GHAZALI

Sebelum jatuhnya Yerusalem, Imam Al Ghazali sudah menyadari kondisi degradasi moral spiritual di tengah umat. Nikita Ellisef, sejarawan Universitas Lyon menulis “Kelemahan spiritual yang ada dalam Islam di masa perang salib sudah disadari oleh al Ghazali, di tahun 1096”

Dalam catatan Dr. Ali Muhammad Ash Shallabi, Imam al Ghazali menyebutkan beberapa penyakit dalam tubuh umat Islam. Penyakit yang paling fundamental adalah rusaknya ilmu dan ulama. Para ulama sebagai pengemban dan penebar ilmu adalah pihak yang paling bertanggung jawab atas rusaknya penguasa, pejabat, dan masyarakat. Maka para ulama adalah prioritas utama untuk segera diobati dan diselamatkan.

Untuk itu, Imam al Ghazali menggagas kurikulum pendidikan dan metode pembelajaran yang memadukan ilmu agama dan permasalahan duniawi. Dengan konsep pendidikan tersebut, harapannya akan melahirkan generasi ulama baru yang lebih baik. Yaitu generasi ulama yang berjiwa pendidik; yang tidak akan membiarkan kerusakan dan kebodohan di tengah umat; yang senantiasa menyeru umat pada persatuan; yang bersahaja lagi berwibawa; dan mampu menjaga jarak dengan penguasa.

ABDUL QADIR AL JAILANI

Keberhasilan Madrasah al Ghazaliyah, membuat banyak kalangan ingin menduplikasi konsep madrasah tersebut. Salah satu duplikasinya adalah Madrasah Al Qadiriyah yang didirikan oleh Syekh Abdul Qadir Jailani. Madrasah ini mempersiapkan pemuda-pemuda yang akan membebaskan kota Yerusalem. 

Selain belajar ilmu agama, para pemuda juga akan ditugaskan untuk menempati pos perbatasan dengan wilayah pasukan Salib. Dr. Ali Muhammad Ash Shalabi menulis bahwa Syekh Abdul Qadir Jailani membuat perjanjian dengan Sultan Nuruddin Zenki untuk mendidik pemuda-pemuda di madrasahnya. Para pemuda yang sudah selesai belajar akan kembali ke wilayah perang sebagai seorang panglima, da’i sekaligus pendidik. Para pemuda ini terkenal dengan sebutan “Al Maqadisah” (Pembebas Tanah Suci).

IMADUDDIN ZENGI

Imaduddin Zengi adalah pemimpin yang dalam dirinya berpadu keahlian militer dan kelihaian politik. Ia sangat perhatian dengan para ulama dan madrasahnya. Era Zengi ditandai sebagai permulaan gerakan jihad melawan tentara Salib. Karena pada masa sebelumnya, perjuangan mengusir salibis masih bersifat sporadis dan tidak terkoordinir dengan baik.  Emmanuel Sivan dalam buku L’Islam berpendapat, “mobilisasi jihad paling serius dalam perang melawan tentara salib dimulai pada masa Zengi.”

NURUDDIN ZENGI

Setelah Imaddudin Zengi meninggal, perjuangannya dilanjutkan oleh putranya, Nuruddin Zengi. Dalam catatan sejarawan, sisi religius Nuruddin lebih menonjol dibanding sisi militernya. Hal ini tidak terlepas dari perannya dalam pendirian dan perkembangan madrasah-madrasah para ulama. 

Peran besar Nuruddin dalam perjuangan pembebasan kota suci Yerusalem adalah saat berhasil mempersatukan negeri Syam. Persatuan ini menjadi faktor paling krusial dalam upaya mengalahkan pasukan Salib. Sebagaimana diungkap oleh Nikita Ellisef, “Nuruddin lebih mencurahkan perhatiannya untuk mempersatukan Suriah. Setelah berhasil mencapai tujuannya itu, barulah ia mengalihkan sasarannya kepada para tentara Salib.” 

Baca juga: Merajut Asa Meraih Keridhaan

SHALAHUDDIN AL AYYUBI

Sepeninggal Nuruddin Zengi, estafet perjuangan diambil alih oleh Shalahuddin Al Ayyubi. Walaupun bukan berasal dari keluarga Zengi/Zanki, tetapi Shalahuddin berhasil menguatkan citra dirinya sebagai penerus perjuangan Nuruddin. Ia berusaha keras untuk mempertahankan persatuan kaum muslimin yang sudah dirajut oleh Nuruddin.

Sekitar tahun 1183 M, Shalahuddin mengundang para duta pemimpin muslim dalam muktamar Islam. Ia berusaha menghilangkan perselisihan di antara para pemimpin muslim. Ia berharap terwujud rasa ukhuwah dan keharmonisan di antara mereka. 

Kepiawaian Shalahuddin dalam melakukan konsolidasi kekuatan kaum muslimin berbuah manis dengan terbebasnya kota suci Yerusalem melalui tangannya dan pasukannya. Atas izin Allah, kemenangan demi kemenangan diraih oleh Shalahuddin dan pasukannya melawan pasukan Salib. Di bulan Rajab yang mulia ia berhasil membuka pintu kemenangan pasukan muslim atas pasukan Salib di Yerusalem. 

Pada akhirnya, kiprah para tokoh umat yang berperan besar membebaskan Baitul Maqdis memberikan satu isyarat. Bahwa tanpa persatuan umat muslimin, mustahil Baitul Maqdis dapat direbut dari pasukan Salib. Dan tanpa kesatuan visi antara ulama dan pemimpin umat, maka persatuan hanyalah sekedar angan. Sinergi antara ulama dan pemimpin rabbani menjadi kunci  untuk melahirkan generasi dengan kualitas Shalahuddin Al Ayyubi.

Wallahu a’lam bishawab.[]

Redaktur: Luthfi nur Azizah

Yadhik Tanoto

Yadhik Tanoto

Peminat Sejarah Perjuangan Islam

Klik
Konsultasi Syari'ah
Assalamualaikum, ingin konsultasi syariah di sini? Klik bawah ini