Sahabat Until Jannah

 Sahabat Until Jannah

Source: Unsplash.com

NidaulQuran.id | Bagaimana perasaanmu ketika saudara atau temanmu suatu kali mengatakan, “I love you to the moon and back?” yang arti harfiahnya adalah saya mencintaimu sejauh jarak ke bulan dan kembali ke bumi? Mungkin mendengarnya saja jadi baper ya. Sebab setiap orang tentu akan terharu ketika merasa dicintai dengan begitu besar.

Tapi, tahukah sahabat bahwa ada yang jauh lebih manis dan romantis daripada pernyataan tersebut? Ketika sebuah jalinan hubungan manusia tidak hanya berbatas jarak bumi ke bulan, namun sanggup melintasi ruang dan waktu, bahkan melampaui jeda kehidupan. Sebuah ikatan yang melesat jauh hingga menuju tempat terbaik dan tertinggi yaitu surga nan kekal abadi.

Until jannah. Frasa tersebut kini lazim kita temukan di social media. Ada istilah ukhuwah till jannah, together till jannah, istiqamah till jannah, sakinah till jannah, ada pula istilah sahabat until jannah, persahabatan sampai surga, yang bermakna hubungan yang abadi antara orang-orang yang menjalin pertemanan di dunia. 

Baca Juga: Akad Dua Kali ala Leslar

Pentingnya Memilih Circle Pertemanan

Sebagai makhluk sosial, kehadiran teman atau sahabat memberikan manfaat positif. Mereka bisa menjadi tempat bercerita, memberi dukungan sosial, moral, dan emosional. Al Hasan Al Bashri berkata, “Perbanyaklah sahabat-sahabat mukminmu, karena mereka memiliki syafaat pada hari kiamat.” Sementara Ibnul Jauzi pernah berpesan kepada sahabat-sahabatnya sambil menangis, “Jika kalian tidak menemukan aku di surga bersama kalian, maka tolonglah bertanya kepada Allah tentang aku, ‘Wahai Rabb kami, hamba-Mu fulan sewaktu di dunia selalu mengingatkan kami tentang Engkau. Maka masukanlah dia bersama kami di surga-Mu.”

Ketika hidup di dunia ini saja, kita membutuhkan penyelamat tatkala tersibak masalah atau jatuh pada titik futur ketika iman sedang turun. Apalagi kelak di akhirat, saat tiba persidangan sesungguhnya, saat perhitungan akan dosa-dosa kita terkuak tanpa sanggup kita mengelak. Maka kelak kita akan merasakan betapa berharganya syafaat pada waktu kritis tersebut. Tatkala diri yang hina nyaris dilahap api naar yang menyala-nyala, namun ada secercah pertolongan dari sahabat taat di dunia dahulu yang memohonkan keselamatan kita kepada Allah Ta’ala.

Karakteristik Sahabat Saleh

Semakin dewasa seseorang, banyak yang kemudian paham untuk memilih menjadi seorang yang berkualitas, salah satu pendorongnya adalah memiliki sahabat saleh yang dapat membantu dalam urusan dunia maupun akhirat. Mereka yang membuat kita semakin mengenal, mengingat, dan mencintai Allah. Sebagaimana yang Rasulullah Saw. sabdakan, “Teman yang paling baik adalah apabila kamu melihat wajahnya, kamu teringat akan Allah, mendengar kata-katanya menambahkan ilmu agama, melihat gerak-geriknya teringat mati. Sebaik-baik sahabat di sisi Allah ialah orang yang terbaik terhadap temannya dan sebaik-baik tetangga di sisi Allah ialah orang yang terbaik terhadap tetangganya.” (HR. Hakim)

Mereka juga ialah orang-orang berakhlak mulia yang membuat kita tergugah ingin mencontoh dan mensifati apa yang menjadi sifatnya. Akhlak mulia itu tergambarkan di antaranya dalam hadis yang disampaikan Rasulullah Saw. berikut, “Barangsiapa yang melepaskan satu kesusahan seorang mukmin, pasti Allah akan melepaskan darinya satu kesusahan pada hari kiamat. Barang siapa yang menjadikan mudah urusan orang lain, pasti Allah akan memudahkannya di dunia dan di akhirat. Barang siapa yang menutupi aib seorang muslim, pasti Allah akan menutupi aibnya di dunia dan di akhirat. Allah senantiasa menolong hamba Nya selama hamba-Nya itu suka menolong saudaranya”. (HR. Muslim)

Baca Juga: Merajut Keberkahan Keluarga dengan Al-Qur’an

Dari hadis tersebut dapat ditelaah bahwa akhlak orang saleh adalah senang meringankan kesulitan, memudahkan urusan, menutupi aib, serta senantiasa menolong saudaranya. Bahkan dalam menolong saudaranya ini, mereka tidak ragu untuk berbuat itsar, yaitu mendahulukan kepentingan saudara dibandingkan dirinya sendiri.

Bukankah telah sampai kepada kita kisah tiga sahabat yakni Ikrimah bin Abu Jahal, Al Harits bin Hisyam, dan Ayyasy bin Abi Rabiah di tengah kecamuk perang Yarmuk? Tatkala mereka bertiga sekarat akibat luka dan kelelahan. Di antara dahaga yang mendera, di ujung nyawanya, mereka bertiga masih rela menahan diri untuk mereguk setetes air yang amat mereka butuhkan, bahkan justru saling ‘berebut’ untuk memberi kesempatan saudaranya minum terlebih dahulu. Hingga pada akhirnya mereka bertiga syahid tanpa ada seorangpun yang sempat meminum air tersebut. Ya Rabb, sampai sedalam itu mereka saling mencintai karena-Mu.

Dari sepenggal kisah di atas kita dapat melihat betapa menawannya sebuah persahabatan yang terjalin ketika dilandasi rasa saling mencintai karena Allah. Semoga rasa cinta kepada sahabat taat kita dikekalkan-Nya hingga dapat mereguk manisnya kebersamaan di surga, yang bahkan membuat iri para nabi dan syuhada.

Sebagaimana yang tergambar dalam sebuah hadis, “Di sekitar Arsy-Nya ada menara-menara dari cahaya, di dalamnya ada orang-orang yang pakaiannya dari cahaya, wajah-wajah mereka pun bercahaya. Mereka bukan para nabi dan syuhada, hingga para nabi dan syuhada pun iri kepada mereka.” Ketika para sahabat bertanya, Rasulullah menjawab, ‘Mereka adalah orang-orang yang saling mencintai karena Allah, saling bersahabat karena Allah, dan saling berkunjung karena Allah.” (HR. Tirmidzi).

Wallahu a’lam bish-shawab.[]

Redaktur: Luthfi Nur Azizah

Sekar Restika Wibowo, S. Pd.

Sekar Restika Wibowo, S. Pd.

Minat Kajian: Pemuda dan Pengembangan Diri

Klik
Konsultasi Syari'ah
Assalamualaikum, ingin konsultasi syariah di sini? Klik bawah ini