Wanita Haid dan Lailatul Qodar: Semua Bisa Meraih Lailatul Qodar

nidaulquran.id-Sebagaimana dilaporkan dalam Shohihain, Rasulullah begitu serius menyiapkan ibadah di 10 malam terakhir di bulan Ramadhan, beliau mengencangkan baju, membangunkan keluarga, beri’tikaf, salah satunya guna mendapatkan Lailatul Qodar.
Menurut aturan teknis fiqih Syafi’i (juga fiqh madzhab lainnya), i’tikaf hanya dapat dikerjakan di mesjid, sesuai dengan definisinya, yakni:
اللبث في المسجد والانقطاع إلى الله فيه
“Tinggal di mesjid untuk menjalin hubungan erat antara dirinya dengan Alloh ta’ala”.
Definisi di atas dengan sendirinya mengeksklusi mereka yang tidak boleh masuk dan diam di mesjid, seperti wanita haid dan nifas, juga mengeluarkan mereka yang sedang sibuk dengan tugas di malam hari, seperti sopir, satpam, patroli, atau yang sedang sakit.
Lantas, masihkah mereka memiliki kesempatan meraih Lailatul Qodar, padahal di saat yang sama mereka tidak berada di masjid? Yang perlu telaah pertama kali adalah makna ayat ke-3 surat Al-Qodr, yang berbunyi:
لَیۡلَةُ ٱلۡقَدۡرِ خَیۡرࣱ مِّنۡ أَلۡفِ شَهۡرࣲ
Pada ayat ini tersimpan lafadz yang tak terkatakan yang akan melengkapi makna ayat, atau dalam istilah ushul fiqih dinamakan dalalah iqtidlo.
Imam Al-Baghowi, Ibnu Katsir, Imam At-Thobari, dan banyak mufassir lainnya menafsirkan ayat “Lailatul Qodar lebih baik baik dari seribu bulan” dengan amal sholeh, sehingga maknanya menjadi: “Amal sholeh di malam Lailatul Qodar lebih baik dari seribu bulan”.
قال البغوي: قال المفسرون: ليلة القدر خير من ألف شهر، معناه: عمل صالح في ليلة القدر، خير من عمل ألف شهر، ليس فيها ليلة القدر”. (معالم التنزيل: ٨/ ٤٩١)
Tafsir ini diperkuat dengan atsar dari Anas bin Malik, sebagaimana dikutip Imam Suyuti dalam Dzurrul Mantsur: “beramal di malam Lailatul Qodar, baik sedekah, sholat, zakat, nilainya lebih baik dari seribu bulan”.
Sedangkan amal sholeh sendiri memiliki banyak varian, mulai sholat, zakat, shodaqoh, i’tikaf, berdo’a, dzikir, dan tilawah.
Dengan demikian, siapapun orangnya, seperti apapun keadaannya, semua berkesempatan meraih keutamaan Lailatul Qodar, termasuk mereka yang sedang haid, nifas, sedang sakit, sedang di perjalanan, maupun sedang jaga malam.
Kesimpulan di atas diperkuat oleh Imam Ibnu Rajab Al-Hanbali dengan mengutip jawaban Imam Ad-Dohhak ihwal terbukanya kesempatan Lailatul Qodar bagi wanita haid dan nifas
Walhasil, meski wanita haid tidak dapat beri’tikaf di mesjid, ia masih bisa beramal sholih di luar mesjid, guna mendapati keutamaan Lailatul Qadar.
Wallohu a’lam