Peran Al-Qur’an dan Sunnah dalam Mencerdaskan Anak

 Peran Al-Qur’an dan Sunnah dalam Mencerdaskan Anak

Nidaul Qur’an-Sudahkah pola asuh kita sebagai orang tua saat ini membantu tumbuhnya kecerdasan anak?

Apakah kita sebagai orang tua memberi anak ruang untuk memikirkan cara menyelesaikan masalahnya dan menangani urusannya sendiri?

Apakah kita sebagai orang tua mendorong anak-anak kita untuk memecahkan teka-teki dan membuat mereka berpikir, merenung, dan berimajinasi?

Apakah anak anak kita telah kita berikan permainan yang sesuai untuk mengembangkan kecerdasannya?

Jika seorang anak mencoba mengatasi masalahnya dengan cara yang berbeda dari cara orang tuanya, akankah kita sebagai orang tua mengizinkannya?

Kemungkinan dari beberapa pertanyaan diatas, kebanyakan kita sebagai orang tua saat ini menjawab tidak. Terkadang tanpa terasa kita membesarkan anak melalui rasa gugup dan berteriak. Seringkali lebih kita pedulikan tubuh anak kita daripada akalnya.

Beberapa hal yang perlu kita renungkan untuk kepedulian kita terhadap pengembangan kecerdasan anak, bisa mulai kita fokuskan pada lima keterampilan:

  1. Mengembangkan kemampuan anak untuk belajar
  2. Membantunya memahami ide
  3. Membiarkannya mengandalkan dirinya sendiri untuk memecahkan masalah
  4. Beradaptasi dengan kehidupan dan lingkungan dalam berbagai keadaan
  5. Fokus tentang pertumbuhan dan perkembangan bahasa saat menghafal Al-Qur’an

Jika kita sebagai orang tua masih abai pada lima keterampilan ini, berarti harapan kita dalam mengembangkan kecerdasan anak kita mungkin masih perlu dipertanyakan.

Ketika seseorang merenungkan Al-Qur’an, mentadaburinya, dan mengambil faidah untuk diterjemahkan dalam pendidikan anak ternyata didapati bahwa Al-Qur’an mengarahkan kita untuk mengembangkan kecerdasan anak-anak kita melalui kisah-kisah para Nabi, karena para Nabi itu cerdas.

Beberapa histori yang didapat dari Al-Qur’an, dan mari kita perhatikan bersama.

Kisah pertama: Rencana cerdas yang dilakukan oleh Nabi Ibrahim ‘Alaihissalam pada kaumnya ketika beliau menghancurkan berhala-berhala dan meninggalkan satu berhala yang besar, lalu beliau berkata pada mereka bahwa patung besar itulah yang menghancurkan berhala-berhala lainnya. Historikal dalam beberapa ayat termaktub didalam Al-Qur’an ini mengajak orang tua untuk menggunakan metode (argumentasi) atau kekuatan berhujjah dengan menggunakan akal artinya argumen tersebut rasional, inilah metode yang cerdas.

Dan pada akhirnya kaum Nabi Ibrahim pun sadar bahwa berhala tidak dapat berbicara, bahwa dewa-dewa yang mereka sembah tidak dapat membela diri, namun kekeras-kepalaan mereka membuat mereka terus menyembahnya.

Kisah kedua: yang menunjukkan kecerdasan Ibrahim ‘Alaihissalam, ketika dia berdebat dengan Raja Namrud dan berkata kepadanya: “Tuhan memberi kehidupan dan mematikan.” Namrud menjawab bahwa dia bisa memberi kehidupan dan menyebabkan kematian, kemudian Nabi Ibrahim menaikkan level dialognya dengan cara mematahkan argumentasi dari Namrud, lalu mengatakan kepadanya: “Allah mendatangkan matahari dari timur”. Ibrahim memintanya untuk menjadikan matahari terbit di barat. Namrud pun terbungkam dengan hujjahnya.

Kisah ketiga: Dari Kisah Yusuf ‘Alaihissalam ketika dia ingin menjaga saudaranya untuk tetap tinggal bersamanya di Mesir, sedangkan ayahnya telah mengambil perjanjian dari anak-anaknya untuk tidak mengabaikan saudara Yusuf (Binyamin) sebagaimana mereka mengabaikan Yusuf sebelumnya.

Nabi Yusuf pun menggunakan sebuah cara cerdiknya, yaitu memasukkan bejana ke dalam tasnya. Singkat cerita pada akhirnya pembawa berita dari kerajaan Nabi Yusuf memberitahukan padanya tentang pencurian bejana itu.


Mereka (Ikhwatu Yusuf) berkata: “Jika kamu menemukan bejana ada diantara salah satu dari kami, kami akan menerima keputusan hukum raja.” Dan ternyata ditemukan bejana itu bersama saudaranya Binyamin, Nabi Yusuf pun mengambil Binyamin untuk tetap tinggal bersamanya.

Menjadi perhatian kita adalah bagaimana Nabi Yusuf ‘Alaihissalam menggunakan kecerdasan sosial atau emosional untuk kepentingannya.

Kisah Keempat: Nabi kita Muhammad Shollallohu ‘alaihi wasallam mempunyai kisah yang masyhur ketika beliau menyelesaikan perselisihan antar suku Arab mengenai kisah siapa yang akan membawa Hajar Aswad, masing-masing orang membawa wakil sukunya di ujung serban beliau, sehingga mereka semua membawa Hajar Aswad, dan meredakan perang antar suku Quraisy.

Tentu semua kisah tersebut, mengarahkan kita untuk memperhatikan pengembangan kecerdasan khususnya pada anak anak kita, dan bagaimana mereka dapat mempergunakan akal untuk berfikir.

Kisah kisah dalam Al-Qur’an dan Sunnah memberikan inspirasi pada kita sebagai orang tua untuk memiliki pola pendidikan yang baik, bukan hanya saja untuk tasliyah berhibur usai membacanya.

Wallohuta’ala ‘alamu bilhaqqi wasshowab

Rohatun Ma’al-Qur’an, Situ Gintung/26 Syawal 1445 H

Ust. Achyar Abduh Dzikron, Lc., MH

Achyar Abduh Dzikron, Lc., MH

Achyar Abduh Dzikron, Lc., MH

Pengkaji Tafsir Al-Qur'an

Klik
Konsultasi Syari'ah
Assalamualaikum, ingin konsultasi syariah di sini? Klik bawah ini