Wisuda 1.700 Santri Tahfidz di Festival Al-Qur’an V Klaten, Upaya Membentuk Pemimpin Bertauhid
Wala’ Sumber Kekuatan Umat

Oleh: Dr. Muh. Mu’inudinillah Basri, M.A., Rahimahullah
وَالْمُؤْمِنُونَ وَالْمُؤْمِنَاتُ بَعْضُهُمْ أَوْلِيَاءُ بَعْضٍ يَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَيُقِيمُونَ الصَّلَاةَ وَيُؤْتُونَ الزَّكَاةَ وَيُطِيعُونَ اللَّهَ وَرَسُولَهُ أُولَئِكَ سَيَرْحَمُهُمُ اللَّهُ إِنَّ اللَّهَ عَزِيزٌ حَكِيمٌ (71)
“Dan orang beriman laki-laki dan wanita beriman sebagian mereka wali (pelindung, pemimpin, teman akrab) sebagian lainnya. Mereka memerintahkan yang baik melarang kemungkaran, menegakkan shalat menuniakan zakat, taat kepada Allah dan Rasul-Nya. Merekalah orang orang yang akan dirahmati Allah. Sesungguhnya Allah Maha perkasa, Maha Bijaksana.” (QS. At-Taubah ayat : 71)
Wala adalah loyalitas yang direfleksikan dalam kesetiaan, cinta, pengorbanan, perlindungan, dan pertolongan. Wala’ menjadi kekuatan dalam mencapai tujuan dan mengukuhkan eksistensi umat.
Dasar Wala’ dalam Islam adalah iman kepada Allah, Rasulullah saw, Islam, Al-Qur’an, dan Sunnah Rasulullah Saw. Ketika iman kepada Allah, Rasulullah saw, dan Islam kuat dan diyakini mengantarkan kepada kebahagiaan dan kesuksesan hidup dunia dan akhirat, maka akan memiliki daya ikat dahsyat sesama orang orang beriman. Hal itu juga akan dapat melupakan atau menekan semua kepentingan duniawi dalam harta, wanita, tahta, dan gengsi. Kemudian, secara alami akan melahirkan saling percaya, saling empati, saling membutuhkan.
Setiap individu muslim dan muslimah ketika iman dan keikhlasan semakin murni, maka semakin tulus keyakinan, sikap, motivasi dan orientasi untuk Allah. Akhirat pun semakin mudah diraihnya. Dan akan mudah menggalang persatuan, persaudaraan yang bertujuan menegakkan syariat Allah. Persatuan itu diimplementasikan dalam kebersamaan dalam ibadah, shalat, haji, atau membangun ekonomi yang di dasarkan atas zakat, sedekah, wakaf dengan spirit memberi tanpa mengharap balasan. Persatuan dan persaudaraan ini juga bisa terwujud pada perdagangan yang setiap pribadi bertujuan memberikan yang terbaik kepada saudaranya dengan apa yang dibutuhkan.
Demikian dakwah kepada kebaikan. Diberikan dengan ketulusan untuk membimbing umat mencapai kebahagiaan mereka di dunia dan akhirat. Dalam amar ma’ruf nahi munkar akan dilakukan dengan spirit menyelamatkan saudaranya dari kecelakaan maksiat. Hal itu dilakukan dengan lamah lembut kepada objek dakwah bahkan saat nahi mungkar. Ketika punya ketulusan dan melihat ketulusan pelaku amar makruf nahi munkar dalam dakwah, maka akan menerima dengan senang dan taat.
Dalam masalah politik, ketika para ulama dan tokoh masyarakat menjadikan wala’ terhadap Islam sebagai landasan berpolitik pastilah mereka tidak mengharap dari politik materi duniawi. Melainkan untuk menjalankan amanah Allah. Menjadikan hidayah Allah dan syariat Allah yang mengatur kehidupan manusia, yang pasti jauh dari interes pribadi.
Mereka (Ulama dan Tokoh Masyarakat) hanya ingin mengantarkan kekuasaan sampai di tangan orang orang yang kuat, amanah, dan adil. Bukan untuk pribadi mereka. Sehingga yang akan diangkat sebagai pemimpin orang yang tidak berambisi atas jabatan, menerima karena amanah. Yakni mereka orang yang paling takut kepada Allah, takut kepada neraka, takut kehilangan surga, sehingga mereka akan melakukan dengan amanah. Seperti perkataan Khalifah Abu Bakar As-Siddiq ra: “Aku diberi amanah memimpin kalian dan aku bukan orang terbaik di antara kalian, jika aku taat kepada Allah maka taatilah aku, dan jika aku maksiat kepada Allah tidak ada ketaatan atas kalian kepadaku.”
Umar bin Khatab mengatakan: “Jika akau salah luruskan aku,” seorang tabi’in mengatakan: “Kalau engkau tidak bisa kami luruskan dengan lisan, kami luruskan dengan pedang kami,” dan Umar tidak marah, dan berkata: “Alhamdulillah yang memunculkan dari umat Nabi Muhammad Saw, orang yang meluruskan aku dengan pedangnya.”
Umat Islam jika punya ketulusan dalam wala’, maka akan loyal dan setia kepada ulamanya dan tokohnya yang memperjuangkan Islam. Mereka (umat Islam) tidak akan mempan dengan tipuan iming-iming atau suap, juga tidak akan gentar dengan intimidasi. Mereka menyadari hanya dengan memberikan kesetiaan kepada pemimpin Islam akan meraih kebahagiaan dunia dan akhirat dan negara dapat mencapai tujuannya sebagai baldatun thayyibatun warabbun ghafuur. Oleh karena itu, penguatan dan pelurusan wala’ Iman dan Islam yang harus diutamakan.[]